Friday, January 18, 2013

Pengaruh kreativitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu Pakan Sinayan



PROPOSAL

Pengaruh kreativitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu Pakan Sinayan

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Metodologi Penelitian
STAIN





Disusun Oleh:
ADE PUTRA (2410.085)
Dosen Pembimbing:
M.Immamuddin, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
1433H/2013M










BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang masalah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari apa yang perlu diketahui agar dapat berfikir cerdas, berfikir cepat , terampil dan mempunyai keahlian. Di sekolah terjadi proses belajar untuk membentuk pribadi yang berkualitas. Manusia harus belajar untuk bisa mempertahankan hidupnya di dunia ini. Belajar juga merupakan sarana manusia untuk memahami ilmu ataupun segala sesuatu yang berkaitan dengan proses penciptaan oleh Allah SWT. Melalui proses belajar, manusia dapat memahami dan meyakini keberadaan pengaturnya. Proses belajar dalam penggalian ilmu merupakan suatu kewajiban bahkan suatu kebutuhan manusia yang dijadikan dasar dalam berperilaku dan menyelesaikan suatu persoalan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 36 yang berbunyi :
Artinya:
“Dan janganlah kamu melakukan sesuatu tanpa dasar ilmu, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, akan dimintai pertanggung jawabannya”.[1]
Allah memberikan sarana berupa penglihatan, pendengaran, dan qolbu yang dapat dimanfaatkan manusia untuk belajar sepanjang hidup. Berpeganglah pada konsep “Hidup untuk Belajar” bukan suatu konsep ”Belajar untuk hidup” di dalam menjalankan fitrah manusia sebagai hamba yang selalu mengabdi kepadaNya. Berkaitan dengan keharusan belajar atau mempelajari sesuatu hendaknya mengedepankan belajar secara tuntas dan tidak parsial.[2] Kegiatan belajar di sekolah juga menuntut peserta didiknya untuk belajar secara maksimal untuk mewujudkan suatu tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Berdasarkan pada tujuan pendidikan nasional setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah  mempunyai tujuan dan karakteristik tertentu, demikian juga halnya pelajaran matematika juga mempunyai tujuan antara lain :
1.    Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan misalnya  melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan , perbedaan, konsisten dan inkosisten.
2.    Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, inkuiri, dan penemuan.
3.    Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
4.    Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan abstrak lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan[3]

Usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut di atas telah banyak dilakukan oleh pemerintah, seperti: diadakan seminar dan pelatihan guru, penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan manajemen sekolah dan lain-lain. Usaha tersebut semata-mata untuk memajukan pendidikan matematika. Tanpa usaha segala sesuatu sulit untuk kita dapatkan. Oleh karena itu berbagai upaya selalu dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Dalam dunia pendidikan proses pembelajaran penekanannya lebih pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses–proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif  sebagaimana tercantum dalam tujuan pembelajaran matematika jarang dilatih. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga tejadi di negara-negara lain, sebagaimana dinyatakan oleh Guilford (1950) dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden dari American Psychological Association, bahwa:
Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang baru. [4]

Ini Juga sering terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa akan kesulitan menyelesaikan suatu masalah berupa soal-soal yang baru yang dituntut penyelesaiannya dengan cara baru yang membutuhkan adanya kreatifitas.
Selain kreativitas, gaya belajar siswa merupakan salah satu unsur yang penting yang harus diperhatikan dalam proses belajar untuk mewujudkan tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan. Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam bukunya Quantum Learning  mengatakan bahwa gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, sekolah, dan dalam situasi antar pribadi, dengan begitu gaya belajar akan mempengaruhi seseorang dalam menyerap dan mengolah informasi sehingga akan mempengaruhi prestasi yang dicapai.[5] Dari itu penulis sangat tertarik untuk membuktikan teori tersebut apakah benar gaya belajar akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi di SMAN 1 Banuhampu pada Desember 2012, terlihat banyak siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika hanya mengerjakan seperti apa yang diberikan oleh guru mereka. Hal ini terlihat ketika mereka mengerjakan soal di papan tulis. Ketika permasalahan yang dihadapinya agak berbeda penyajiannya mereka merasa kesulitan untuk menyelesaikannya. Selain itu, cara penyelesaian permasalahan matematika setiap siswa terlihat homogen dan tidak ada yang mengerjakan soal dengan cara penyelesaian selain yang diajarkan guru karena takut salah. Hal ini dikarenakan cara berpikir mereka yang masih bersifat konvergen. Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan berkreativitas sehingga siswa dapat memilih dan menerapkan cara/metode yang tepat guna menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan benar. Pada akhirnya hasil belajar yang diharapkan dapat optimal.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan atau lamban dalam menangkap pelajaran matematika. Terdapat siswa yang gelisah di kelas kemudian bertanya pada teman sebangkunya ketika guru memberi materi pelajaran secara lisan. Siswa tersebut meminta temannya untuk menerangkan kembali penjelasan guru. Terdapat pula siswa yang meminta guru untuk menuliskan contoh soal dan jawabannya di papan tulis dan juga terdapat siswa yang diam saja ketika ditanya guru, siswa tersebut tidak dapat menjawab. Dari berbagai masalah yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran di kelas menandakan bahwa siswa-siswi memiliki tingkat kreativitas dan  cara yang berbeda-beda dalam belajar dan proses pembelajaran. Cara yang mereka gunakan untuk menerima pelajaran merupakan gaya belajar mereka masing-masing.
Selain itu penulis juga melihat banyak siswa yang merasa kesulitan menyesuaikan gaya belajar mereka dengan cara mengajar guru di sekolah, yang mana seharusnya gurulah yang harus tau dan paham akan keragaman gaya belajar yang dimiliki siswa sehingga guru bisa memilih strategi yang cocok. Ketidak cocokan gaya mengajar dan strategi yang dipilih guru dengan gaya belajar siswa membuat susahnya siswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik, ini akan berujung pada hasil belajar yang kurang memuaskan.
Berdasarkan pada pengamatan dan adanya permasalahan yang terjadi penulis berpikir bahwa betapa sangat berpengaruhnya kreativitas dan gaya belajar terhadap prestasi seseorang. Walaupun hal ini belum diuji kebenarannya namun secara teoritis kreativitas dan gaya belajar memegang peranan penting dalam hubungannya dengan hasil belajar.
Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari guru bidang studi matematika SMAN 1 Banuhampu, terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah, nilai siswa masih banyak yang belum mencapai Standar Ketuntasan yang ditetapkan. Sebagaimana terlihat pada tabel nilai ulangan harian 1 matematika kelas X semester Genap siswa SMAN 1 Banuhampu sebagai berikut:
Tabel 1.1.
Rata-Rata Nilai Ulangan Harian I Matematika Kelas X Semester Genap Siswa SMAN 1 Banuhampu Tahun Pelajaran 2011 / 2012
Lokal
Jumlah Siswa
Rata-rata
Persentase Ketuntasan
Tuntas (%)
Tidak Tuntas (%)
X1
32
60,85
41,17
58,83
X2
34
64,60
51,51
48,49
X3
33
65,09
40,00
60,00
X4
34
61,85
35,29
64,71
X5
30
62,28
39,28
60,72
X6
39
63,28
39,47
60,53
X7
35
60,24
27,27
72,73

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa masih tergolong rendah, sebab persentase ketuntatasan yang dicapai masih berada dibawah 50 % dan rata-rata nilai ulangan harian siswa umumnya masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran matematika yakni 70,00.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya hasil belajar siswa, termasuk di dalamnya faktor intern dan faktor ekstern. Faktor-faktor tersebut sering kali menjadi penghambat dan pendukung keberhasilan siswa. Kreativitas dan gaya belajar merupakan faktor intern yang terdapat dalam diri siswa yang dapat mendukung dan dapat juga menghambat untuk menjadikan hasil belajar matematika siswa dikatakan baik. Kreativitas dan gaya belajar yang dipilih sebagai variabel yang diteliti, hal ini dikarenakan objek kajian yang dipelajari dalam matematika bersifat abstrak (fakta, konsep, operasi, prinsip), terdapat pemecahan masalah, serta adanya pengertian yang masih lemah dan belum bermakna dalam memahami konsep matematika. Sehingga siswa masih kesulitan dalam mempelajari matematika
Keterkaitan antara kreativitas dan gaya belajar dengan prestasi belajar matematika ini juga didukung penelitian Sternberg yang mengungkapkan bahwa kreativitas berkaitan erat dengan intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi.
Dalam penelitian ini diharapkan mampu mengungkapkan apakah benar kreativitas dan gaya belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika dan seberapa besar pengarunya. Hal ini dimaksudkan guna meningkatkan mutu hasil belajar matematika di SMAN 1 Banuhampu khususnya untuk kelas X tempat peneliti melakukan penenlitian.

B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1.      Siswa masih berpikir secara konvergen sehingga apabila permasalahan yang dihadapinya agak berbeda penyajiannya mereka merasa kesulitan untuk menyelesaikannya.
2.      Kreativitas siswa yang kurang dalam menyelesaikan soal matematika yang baru dan yang bervariasi
3.      Strategi mengajar yang dipilih guru yang kadang-kadang kurang sesuai dengan gaya belajar siswa.
4.      Masih rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu

C.  Pembatasan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam penelitian ini dapat lebih terfokus dan terarah. Oleh karena keterbatasan yang dimiliki peneliti baik dalam hal kemampuan, dana, waktu, dan tenaga maka penelitian ini dibatasi pada “pengaruh kreativitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu” dengan populasi seluruh siswa kelas X, dan untuk sampelnya diambil 2 kelas.

D.    Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan tersebut sebagai berikut:
1.      Adakah pengaruh signifikan kreativitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu?
2.      Adakah pengaruh signifikan kreativitas terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu?
3.      Adakah pengaruh signifikan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu?

E.  Tujuan penelitian
Penelitian ditujukan :
1.      Untuk mengetahui adakah pengaruh signifikan kreativitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu.
2.      Untuk mengetahui adakah pengaruh signifikan kreativitas terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X  SMAN 1 Banuhampu.
3.      Untuk mengetahui adakah pengaruh signifikan  gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X  SMAN 1 Banuhampu.

F.   Definisi Operasional Variabel Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami skripsi ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut :
1.    Kreativitas adalah pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencerminkan penemuan dan hasil-hasil ilmiah, cara berpikir yang baru, asli, independen, dan imajinatif , konsisten, intuitif, mampu menyimpan masalah, antusias, rasa ingin tahu, kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kemampuan membuat gagasan-gagasan yang berbeda dan membuat sintesis. Dalam penelitian ini nilai kreativitas merupakan skor yang diperoleh siswa setelah mengisi angket kreativitas
2.    Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar atau bisa juga diartikan cara kita menyerap informasi melalui indera yang kita miliki. Dalam penelitian ini nilai gaya belajar merupakan  skor yang diperoleh siswa dalam mengisi angket gaya belajar.
3.    Hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan suatu proses belajar matematika selama kurun waktu tertentu dimana hasil belajar tersebut bisa diukur melalui suatu tes. Dalam penelitian ini hasil belajar matematika yang diteliti adalah hasil belajar pada ranah kognitif. Hasil belajar siswa didapat dari skor / nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes.

G.   Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1.      Bagi guru dan sekolah
Sebagai gambaran bagaimana peran guru sebagai motivator dan fasilitator di dalam memberikan bimbingan kepada siswa dalam rangka meningkatkan kreativitas belajar siswa.
Sebagai bahan acuan untuk menentukan strategi mengajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa guna mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan secara tidak langsung akan meningkatkan mutu sekolah.
2.      Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penulisan karya ilmiah dan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika.
3.      Bagi peneliti-peneliti lain, penelitian ini sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian-penelitian yang sejenis selanjutnya

·          
BAB II
TINJAUAN  KEPUSTAKAAN
A.    Deskripsi Teoritis
1.    Kreativitas
a.    Pengertian Kreativitas
Pada hakikatnya perkataan kreatif adalah penemuan sesuatu yang baru, dan bukan akumulasi dari keterampilan atau pengetahuan yang diperoleh dari buku pelajaran. Kreatif diartikan juga sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencerminkan hasil-hasil ilmiah, penemuan ilmiah, dan penciptaan-penciptaan secara mekanik.
Menurut Winkel, dalam kreativitas berpikir atau berpikir kreatif, kreativitas merupakan tindakan berpikir yang menghasilkan gagasan kreatif atau cara berpikir yang baru, asli, independen, dan imajinatif. Kreativitas dipandang sebuah proses mental. Daya kreativitas menunjuk pada kemampuan berpikir yang lebih orisinal dibanding dengan kebanyakan orang lain.[6]
Beberapa defenisi tentang kreativitas menurut para ahli:
1.    Jacques Hadmard, dalam AN essay On The Psychology of invention In Mathematical Field, mengatakan bahwa kreativitas adalah “Jelaslah suatu penemuan atau kreasi, baik dalam matematika, maupun dalam bidang lain, terjadi dengan menghubungkan ide-ide.”
2.    Dr.Myron S. Alien, Dalam Psychodynamic Synthesis mengatakan: “ Kreatifitas adalah perumusan-perumusan dari makna melalui sintesis."
3.    George J. Seidel, dalam The Crisis Of Creativity, mengatakan:” Kreatifitas adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-kadang dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan manapun.”[7]
Menurut Elizabeth Hurlock (seorang pakar psikologi perkembangan anak), ”kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan  sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan perangkuman. Ia mungkin mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangcokkan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Ia harus mempunyai maksud atau tujuan, bukan fantasi semata, walaupun merupakan hasil yang sempurna lengkap. Ia mungkin dapat berbentuk produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin bersifat prosedural atau metodologis.[8] 
Dari definisi-definisi di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah tindakan berpikir yang imajinatif melalui proses mental dari keinginan yang besar dan disertai komitmen yang menghasilkan gagasan-gagasan baru, bersifat asli, independen, dan bernilai.
b.   Istilah-istilah teknis tentang proses kreativitas
1.    Produksi kreatif
Produksi kreatif adalah suatu produksi yang baru dan tiada tandingannya, serta dikenal dengan kemampuan untuk memproduksi sesuatu yang baru, atau menciptakan hubungan yang baru terhadap sesuatu yang telah diketahui sebelumnya, dengan syarat sesuatu atau hubungan yang baru itu mempunyai tujuan tertentu dan bermanfaat, serta mampu menutupi kebutuhan bagi individu atau sekelompok orang.[9]
Ada beberapa pengertian yang sepadan dengan makna produksi kreatif ini, yaitu produk kreativitas. Kata ini mengandung arti segala hal yang mendatangkan beberapa perubahan melalui kreativitas tersebut. Jadi produk kreativitas ini memiliki makna dan nilai tertentu. Ia dapat berupa suatu upaya untuk mengalahkan kesulitan yang tidak diketahui oleh seseorang.
Produk kreativitas ini bisa dipengaruhi oleh faktor kebebasan, fleksibilitas, dan orisinalitas. Faktor ini juga membutuhkan rasa percaya diri , kemandirian, dan kekuasaan.
2.    Kerja kreatif
Maksud dari kerja kreatif ini adalah segala bentuk tugas atau pekerjaan dalam berbagai ilmu, seni dan sastra. Pada dasarnya kerja kreatif ini adalah memberikan segala sesuatu yang baru, baik dalam satra, ilmu, dan seni dengan jenis dan macam yang berbeda.[10]
3.    Tingkat kreativitas
Ada beberapa tingkat kreativitas, diantaranya:
a.    Kreativitas ekspresionis
Kreativitas ekspresionis adalah ungkapan bebas da mandiri yang di dalamnya tidak memiliki urgensi atau kepentingan bagi kemahiran dan keaslian
b.    Kreativitas produksi
Kreativitas produksi adalah hasil-hasil produksi seni dan keilmuan yang diperoleh melalui usaha mendisiplinkan kecenderungan untuk bermain bebas, dan menentukan langkah-langkah untuk mencapai hasil yang sempurna.
c.    Kreativitas inovatif
 Kreativitas inovatif banyak diungkapkan oleh para penemu yang memperlihatkan kejeniusan mereka dengan menggunakan pengembangan keterampilan-keterampilan individu.


d.   Kreativitas pembaharuan
Kreatifitas pembaharuan ini berarti pengembangan dan prbaikan yang mencakup penggunaaan keterampilan-keterampilan individu.
e.    Kreativitas emanasi
Kreativitas emanasi berarti menunjukkan prinsip baru atau aksioma-aksioma baru yang muncul dari pendapat baru.[11]
Conny R. Semiawan mengemukakan tentang temuan Treffinger, yaitu:  Terdapat tiga fase kreativitas dalam tingkat keberbakatan anak, yaitu secara umum:
1.    Kreativitas tingkat I, pada kondisi ini ranah kognitif seorang meliputi kesadaran mengenai suatu ide atau informasi, kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas sedangkan ranah afektif meliputi kepekaan terhadap suatu masalah dan keterbukaan terhadap pengalaman.
2.    Kreativitas Tingkat Psikodelik II, pada kondisi ini ranah kognitif seseorang mencakup perluasan berpikir, pengambilan  risiko, dan kesadaran terhadap tantangan, sementara itu ranah afektif meliputi keterbukaan terhadap makna ganda, keingintahuan serta kepercayaan pada diri sendiri
3.    Tingkat Iluminasi III, pada tingkat ini ranah kognitif seseorang telah mencapai perkembangan dan perwujudan hasil (product development), sedangkan segi afektif meliputi keberanian untuk bertanggung jawab mengenai hasil kreativitas, kepercayaan pada dirinya serta komitme untuk hidup produktif.[12]
Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki,
 Proses kreatif mengalir melalui lima tahap, yaitu:
1)   Persiapan, yaitu mendefinisikan masalah, tujuan, atau tantangan. Seseorang menjalani proses ilmiah seperti memusatkan segala perhatiannya kepada masalah, merumuskan masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi data yang relevan dengan masalah, akhirnya seseorang mampu mengemukakan ide-ide yang relevan dengan penyelesaian masalah yang dihadapinya.
2)   Inkubasi (masalah “dierami”), yaitu mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran. Seseorang menjalani proses riil yaitu proses penyusunan dan pengentasan kembali ide-idenya. Pada fase ini, seseorang benar-benar melibatkan diri dan menghayati masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga masalah-masalah ini ada dalam penyelesaian yang tidak disadarinya.
3)   Iluminasi, yaitu mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan bermunculan. Dalam tahap ini ada sesuatu yang lepas dari nalar manusia, seseorang tiba-tiba memperoleh sesuatu inspirasi sehubungan dengan masalah yang dihadapinya. Selama masa persiapan hingga iluminasi, proses yang menonjol adalah proses berpikir divergen.
4)   Verifikasi, yaitu memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah. Seseorang mengerahkan segala kemampuannya untuk memikirkan, mengevaluasi dan menyusun rencana penyelesaian secara kritis dan analisis. Pada tahap verifikasi terjadi proses berpikir konvergen sebagai evaluasi secara kritis dalam penyesuaian dengan realitas.
5)   Aplikasi, yaitu mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut.[13]

4.    Teori kreativitas
Salah satu teori dalam kreativitas yang akan dibahas dalam kajian teori ini adalah teori Fungsi Hemisphere sebagai kekhususan belahan otak. Secara umum para ahli menyimpulkan bahwa otak kita memiliki dua sisi/kortikel (cortices) yang berhubungan secara mengagumkan melalui jaringan serabut syaraf (Corpus callosum). Secara khusus memiliki aktivitas mental/fungsi berbeda (Tabel 1).
Tabel 2.1.
Fungsi Belahan Otak Kiri dan Belahan Otak Kanan
Left Hemisphere
Right Hemisphere
- math, history, language;
-verbal, limit sensory input;
- sequential, measurable;
- analytic;
- comparative;
- relational;
- referential;
- linier;
- logical;
- digital;
- scientific, technological;
- self, elaborates and increases variables, inventive;
- nonverbal perception and   expresivenness;
- spatial;
- intuitive;
- holistic;
- integrative;
- nonreferential;
- Gestalt;
- Imagery;
- Better at depth perception, facial recognition;
- Mystical humanistic;
 Sumber: Clark, B, Growing Up Gifted 3thed, (Ohio: Merrill Publishing Co., 1988), hal. 24.( dalam skripsi Dewi A. Sagitasari, hal 19)
Fungsi otak belahan kiri adalah berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat alamiah, kritis, logis, linier, teratur, sitematis, terorganisir, beraturan, dan sejenisnya. Adapun fungsi otak belahan kanan adalah berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat nonlinier, nonverbal, holistic, humanistic, kreatif, mencipta, mendesain, bahkan mistik, dan sejenisnya.[14] Singkatnya, otak belahan kiri mengarah kepada cara berpikir konvergen (convergent thinking), sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara berpikir menyebar (divergent thinking).[15]
Kemunculan kreativitas dipengaruhi oleh koordinasi kedua hemisphere. Kekhususan kerja yang terjadi bukan disebabkan jenis perintah yang berbeda, namun disebabkan karena cara memproses yang berbeda. Justifikasi fungsi kerjanya juga tidak bersifat mutlak. Dengan demikian apabila intuisi merupakan hasil kerja belahan otakkanan, maka proses menganalisis pemahaman dilakukan oleh belahan otak kiri. Mihaly berpendapat secara kognitif muncul bila seseorang menggunakan simbol tertentu sesuai dengan ranah yang dikuasainya (relevan) misalnya musik, teknik, bisnis ataupun matematik.[16]
c.       Pribadi Kreatif

Pada orang kreatif kemampuan berpikir divergen merupakan hal yang menonjol. Berpikir divergen adalah bentuk pemikiran terbuka, yang menjajaki bermacam macam kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan atau masalah. Secara universal, produk divergen yang dikaitkan dengan kemampuan spesifik dari Guilford (dikutip oleh Dedi Supriyadi) yang melibatkan lima proses kreatif berikut:
a)      Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan .
b)      Keluwesan (fleksibility) adalah kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan dan atau jalan pemecahan terhadap suatu masalah.
c)      Keaslian (originalitas) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise.
d)     Penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci.
e)      Perumusan kembali (redefinisi) adalah kemampuan untuk mengkaji/menilik kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.[17]

Orang kreatif juga memerlukan kemampuan berpikir konvergen, yaitu kemampuan berpikir yang berfokus pada tercapainya satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu persoalan atau masalah. Hal ini diperlukan untuk memilih aspek masalah yang relevan dan membuang yang tidak relevan (selective encoding), mengkreasi sistem koheren dari informasi yang berbeda serta mengintegrasikan informasi baru dengan yang telah diketahui sebelumnya. Melalui cara berpikir yang lancar dan
 fleksibel, orang kreatif mampu mengadaptasi hampir semua situasi agar tujuannya tercapai.
 Menurut Utami Munandar, ciri-ciri afektif orang yang kreatif meliputi rasa ingin tahu, merasa tertantang terhadap tugas majemuk.[18] Orang kreatif juga dianggap berani mengambil risiko dan dikritik, tidak mudah putus asa, dan menghargai keindahan. Kelebihan lain yang dimiliki orang kreatif adalah mereka mampu melihat masalah dengan pandangan berbeda, teguh dengan ide, mampu memilah peluang untuk menfasilisasi maupun menunda keputusan sulit. Mihally berpendapat karakteristik ini disebabkan mereka pada dasarnya memiliki sistem syaraf lebih peka untuk ranah tertentu, sehingga keingintahuan merupakan salah satu karakteristiknya. Kepekaan ini juga menyebabkan kemampuan memilah antara imajinasi dan realitas.[19]
d.      Pengertian Kreativitas Siswa

Dari uraian sebelumnya, dapat dikemukan bahwa yang dimaksud  kreativitas adalah suatu ekspresi tertinggi dari keberbakatan yang ditunjukkan melalui aspek kognitif dengan tindakan dan berpikir divergen maupun konvergen serta aspek afektif mengenai fungsi perasaan/internalisasi nilai. Dalam memecahkan masalah, siswa yang kreativitasnya tinggi akan cenderung menggunakan aspek berpikir divergen maupun konvergen ketika mencari soluasi baru dan apabila akan mempersempit pilihan ketika mencari jawaban. Sementara itu, aspek afektif ditunjukkan melalui sifat imajinatif, rasa ingin tahu, independen, percaya diri, toleran terhadap perbedaan situasi (mampu beradaptasi), senang pada kompleksitas (antusias), konsisten dari satu situasi ke situasi lain, intuitif, dan mampu menunda keputusan bila terjadi hambatan.
e. Mengukur Kreativitas Siswa
Secara garis besar, ada dua pendekatan utama untuk mengukur kreativitas seseorang, diantaranya adalah: (1) Pendekatan kemampuan berpikir kreatif (kognitif) serta (2) Pendekatan melalui kepribadian. Salah satu tes yang banyak digunakan diantaranya; tes yang dilakukan Torrance (Test of Creative Thinking) yang melibatkan kemampuan berpikir; atau Tes sindroma kepribadian, contohnya Alpha Biological Inventory.[20]
Inventori kepribadian ditujukan untuk mengetahui kecenderungan kepribadian seseorang. Kepribadian kreatif yang dimaksud meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berpikir, dan kebiasaan-kebiasaan berperilaku.[21] Penilaian proses mental yang memunculkan solusi, ide, konsep, bentuk arstistik, teori atau produk yang unik dan baru/orisinil tes dibuat dalam bentuk figural/gambar atau verbal/ bahasa.
Contoh lain mengenai tes kreativitas (khusus di konstruksi di Indonesia) adalah Skala Sikap Kreatif oleh Utami Munandar.[22] Penyusunan instrumen mempertimbangkan perilaku kreatif yang tidak hanya memerlukan kemampuan berpikir kreatif (kognitif), namun juga sikap kreatif (afektif). Sementara itu Guildford menyusun kemampuan spesifik produk divergen dalam empat proses yang terkait dengan kreativitas (fluency, flexibility, originality, dan elaboration) skoring ditentukan dengan menggunakan Rating scale. Melalui cara ini keuntungan yang diperoleh adalah mudah dipahami, tidak mahal, dan dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat dan jumlah yang besar. Apabila konstruk tes baik, reliabilitas tes cukup tinggi.
Mengatasi keterbatasan dari tes kertas dan pensil untuk mengukur kreativitas, dirancang beberapa pendekatan alternatif:
                                      i.            Daftar periksa (check list) dan kuesioner, alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif.
                                    ii.            Daftar pengalaman, teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang dimasa lalu. Beberapa studi menemukan korelasi yang tinggi antara “laporan diri” dan prestasi kreatif dimasa depan. Format yang paling sederhana meminta seseorang menulis autobiografi singkat, yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas prilaku kreatif.[23]
Kreativitas yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah terbatas pada kreatifitas dalam proses belajar siswa, dimana akan diperhatikan dan diukur tingkat imajinatif, kemampuan memunculkan gagasan baru cara baru yang lebih inovatif, kemudian menciptakan ide yang berbeda yang penuh daya guna, bisa mencari alternatif dengan pandangan yang berbeda atau mampu berpikir divergen, kekonsistenan, keantusiasan, dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
Pada penelitian ini subjek penelitiannya siswa SMA. Oleh karena itu, digunakan pendekatan kepribadian berdasarkan karakteristik siswa SMA. Instrument berupa daftar periksa (check list) dan kuesioner yang disusun berdasarkan teori-teori kreativitas dan indikator-indikator tes kreativitas penelitian  yang disesuaikan dengan karakteristik khusus yang dimiliki siswa SMA
2.     Gaya Belajar
a.     Pengertian Gaya Belajar
Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.[24] Menurut Nasution gaya belajar atau “learning style” siswa yaitu cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar.[25] Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Mereka berkesimpulan, bahwa
1)   Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Juga guru mempunyai gaya mengajar masing-masing.
2)   Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
3)   Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.
Dari pengertian-pengertian di atas, disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.
b.        Gaya Belajar VAK (Visual, Auditorial, Kinestetik)
Banyak ahli yang menggunakan istilah berbeda-beda dalam memahami gaya belajar ini. Tetapi secara umum, menurut Bobby DePotter terdapat dua  benang merah yang disepakati tentang gaya belajar ini.  Pertama adalah  cara seseorang menyerap informasi dengan mudah, yang disebut sebagai modalitas, dan kedua adalah cara orang mengolah dan mengatur informasi tersebut.   Modalitas belajar adalah cara kita menyerap informasi melalui indera yang kita miliki. Masing-masing orang mempunyai kecenderungan  berbeda-beda dalam menyerap informasi. Terdapat tiga modalitas belajar ini,  yaitu apa yang sering disingkat dengan VAK: Visual, Auditory,   Kinestethic.[26]
Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik gaya belajar seperti disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki, adalah sebagai berikut:
1)      Gaya Belajar Visual (Visual learners)
Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
a)      rapi dan teratur,
b)      berbicara dengan cepat,
c)      mampu membuat rencana dan mengatur jangka panjang dengan baik,
d)     teliti dan rinci,
e)      mementingkan penampilan,
f)       lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar,
g)      mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual,
h)      memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik,
i)        biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar,
j)        sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis),
k)      merupakan pembaca yang cepat dan tekun,
l)        lebih suka membaca daripada dibacakan,
m)    dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan,
n)      jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara,
o)      lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain,
p)      sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak”,
q)      lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah,
r)       lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik,
s)       sering kali menegtahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata kata,
t)       kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.
2)      Gaya Belajar Auditorial (Auditory Learners)
Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
a)      sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja (belajar),
b)      mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik,
c)      menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca,
d)     lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca,
e)      jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras,
f)       dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara,
g)      mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita,
h)      berbicara dalam irama yang terpola dengan baik,
i)        berbicara dengan sangat fasih,
j)        lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya,
k)      belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat,
l)        senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar,
m)    mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi,
n)      lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya,
o)      lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik.
3)      Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)
Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
a)      berbicara dengan perlahan,
b)      menanggapi perhatian fisik,
c)      menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka,
d)     berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain,
e)      banyak gerak fisik,
f)       memiliki perkembangan awal otot-otot yang besar,
g)      belajar melalui praktek langsung atau manipulasi,
h)      menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung,
i)        menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca,
j)        banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal),
k)      tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama,
l)        sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut,
m)    menggunakan kata-kata yang mengandung aksi,
n)      pada umumnya tulisannya jelek,
o)      menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik),
p)      ingin melakukan segala sesuatu.[27]

Dari beberapa uraian diatas dapat pula dijelaskan secara lebih ringan tentang gaya belajar seseorang, dimana orang  bergaya belajar visual akan sangat mudah melihat atau membayangkan apa yang dibicarakan. Mereka sering melihat gambar yang berhubungan dengan kata atau perasaan dan mereka akan mengerti suatu informasi bila mereka melihat kejadian, melihat informasi itu tertulis atau dalam bentuk gambar.
Orang  bergaya belajar auditori mengekspresikan diri mereka melalui suara, baik itu melalui komunikasi internal dengan diri sendiri ataupun eksternal dengan orang lain. Bila hendak menuliskan sesuatu, orang ini akan mendengar suara dari apa yang akan dia tulis. Bila ia harus bertemu dan akan berbicara dengan seseorang yang baru ia kenal, ia akan melakukan latihan mental mengenai apa saja yang akan ia katakan dan bagaimana cara mengatakannya.
Orang bergaya belajar kinestetik sangat peka terhadap perasaan atau emosi dan pada sensasi sentuhan dan gerakan. Bila diminta untuk menuliskan suatu kata, orang ini akan merasakan dulu kata tersebut baru setelah itu menuliskannya. Orang bergaya belajar kinestetik akan belajar maksimal dalam suatu kondisi dimana banyak keterlibatan fisik dan gerakan.[28]
Dalam penelitian ini gaya belajar yang dimaksudkan adalah kecendrungan masing masing individu untuk menggunakan perangsang atau alat indra tertentu untuk menyerap informasi dalam belajar, dimana disini dikhususkan pada indra penglihatan ( visual), indra pendengaran ( auditorial), dan tindakan atau gerak dalam gaya belajar disebut juga sebagai kinestetik.
3.     Hasil Belajar
a.    Pengertian Belajar
Menurut Hilgard dan Bower yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto mengemukakan pengertian belajar sebagai berikut:
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulangulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dll.).[29]

Menurut Witherington yang dikutip Nana Syaodih Sukamadinata, belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru, yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.[30] Sedangkan Slameto menyatakan, Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya.[31]
Dari pendapat ketiga ahli tersebut, belajar dapat diartikan sebagai proses yang menghasilkan perubahan yang bersifat menetap dan menyeluruh sebagai hasil dari adanya respon individu terhadap situasi tertentu, namun juga berwujud keterampilan, kecakapan, sikap, tingkah laku, pola piker, kepribadian, dan lain-lain.
b.      Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku. Sebuah proses maka sudah barang tentu harus ada yang diproses dan akhir dari proses. Akhir dari proses inilah yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar ini terdiri dari perubahan tingkah laku tersebut.
Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution tentang hasil belajar yaitu:

 “ Suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri pribadi individu yang belajar”.[32]

Sedangkan Arikunto mendefenisikan bahwa hasil belajar itu merupakan  hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati atau diukur.[33] Jadi Hasil belajar siswa adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan suatu proses belajar matematika selama kurun waktu tertentu dimana hasil belajar tersebut bisa diukur melalui suatu tes.
Hasil belajar juga dapat dikatakan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan  yang ada pada kurikulum sekolah.[34]
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil belajar yaitu :

1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.[35]
B.  Hipotesis Penelitian
Berdasarkan atas rumusan masalah dan kajian teori yang telah dikemukakan, maka diajukan hipotesis yaitu :
1.      Terdapat pengaruh signifikan  kreativitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa X SMAN 1 Banuhampu.
2.      Terdapat pengaruh signifikan  kreativitas terhadap hasil belajar matematika siswa X SMAN 1 Banuhampu.
3.      Terdapat pengaruh signifikan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa X SMAN 1 Banuhampu .


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.   Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional dan expost facto dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.[36] Di katakan expost facto karena di dalam penelitian ini tidak dibuat perlakuan pada objek penelitian melainkan hanya mengungkapkan fakta pada diri responden. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, artinya semua informasi atau data penelitian diwujudkan dalam bentuk angka yang dianalisis dengan statistik dan hasilnya dideskripsikan.

B.  Populasi dan Sampel Penelitian
1.    Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu pada semester genap tahun ajaran 2011/ 2012 yang terdiri dari 7 kelas.




Tabel 3.1.
Jumlah Siswa Kelas X SMAN 1 Banuhampu  tahun pelajaran 2011/2012.
No
Kelas
Jumlah Siswa
1
X1
32 orang
2
X2
34 orang
3
X3
33 orang
4
X4
34 orang
5
X5
30 orang
6
X6
39 orang
7
X7
35 orang
Jumlah Total
237 orang

2.    Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi untuk dijadikan sebagai contoh dengan harapan contoh yang diambil dari populasi tersebut dapat mewakili atau representatif terhadap populasinya. Mengingat jumlah populasi yang sangat besar dan terbatasnya kemampuan peneliti maka penelitian ini hanya dilakukan terhadap sampel yang mewakili populasi.
Maka dalam penentuan sampel dilakukan langkah-langkah berikut:
a.    Mengumpulkan data nilai matematika siswa, dalam hal ini data nilai yang didapat oleh penulis adalah data nilai matematika semester ganjil siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu tahun ajaran  2011/2012.
b.    Melakukan uji normalitas untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji yang dilakukan adalah Uji Lilieford. Sebelumnya diajukan hipotesis terlebih dahulu.
H0 = Populasi berdistribusi normal
H1 = Populasi tidak berdistribusi normal
 Uji Lilieford dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1)      Data X1, X2, X3,..., Xn diperoleh dan disusun dari data yang terkecil sampai yang terbesar
2)      Tentukan harga  (nilai rata-rata) dan s (standar deviasi)
3)      Tentukan harga Zi  dengan rumus :  Zi  =  
4)      Tentukan harga P(Zi) dengan cara mengkonsultasikan harga Zi dengan tabel Z
5)      Tentukan S(Zi) = nilai Zi  yang kecil atau sama dengan dirinya
6)      Tentukan harga mutlak dari P(Zi) - S(Zi)
7)      Tentukan nilai yang tertinggi dari nilai mutlak P(Zi) - S(Zi) = disebut dengan Lo
8)      Uji harga Lo dengan tabel Liliefors dengan taraf nyata (  tertentu : 0,01 atau 0,05
9)      Karena Ltab  Lo,  maka disimpulkan data yang ada berdistribusi normal pada taraf nyata
Pada penelitian ini pengujian juga dilakukan dengan menggunakan Software Minitab. Data berdistribusi normal apabila pancaran titik-titiknya mendekati garis lurus, atau jika Pvalue = 0,05
Setelah dilakukan uji normalitas terhadap populasi maka diperoleh perhitungan data sebagai berikut :
Tabel 3.2:
Interpretasi Normalitas Populasi Uji Liliefors dan dengan software minitab
Kelas
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
Ltabel
0,152
0,153
0,150
0,152
0,161
0,144
0,154
L0
0,107
0,121
0,103
0,083
0,084
0,076
0,140
Pvalue
0,534
0,053
0,111
0,618
0,869
0,221
0,067
Dari tabel di atas terlihat bahwa semua  L0 ≤ Ltab dan Pvaluenya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima yaitu populasi berdistribusi normal.
c.    uji homogenitas variansi.
Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak.
Hipotesis yang diajukan :
H0 : Data dari populasi mempunyai variansi homogen.
H1 : Data dari populasi memepunyai variansi yang tidak homogen.
Untuk menentukan uji homogenitas, digunakan uji Bartlett yang langkah– langkahnya:
i.      Menghitung variansi masing – masing kelompok.
ii.    Menghitung variansi gabungan dari pupolasi menggunakan rumus:
S2
iii.  Menghitung harga satuan bartlett,  dengan rumus:
 B =
iv.  Menghitung harga satuan chi-kuadrat (X2) dengan rumus:
 X2 =
v. Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel dengan kriteria bila X2 hitung < X2 tabel untuk taraf  maka populasi homogen.[38]
Untuk lebih mengakuratkan uji data populasi dilakukan uji Barlett dengan bantuan Software Minitab. Data populasi homogen apabila Pvalue = 0,05.
Setelah dilakukan perhitungan dengan Uji Barlett  diperoleh X2hitung = 7,886. Jika α = 0,05, dari daftar chi-kuadrat dengan dk = 6 didapat  = 12,592, sehingga dapat disimpulakan bahwa populasi mempunyai variansi homogen karena  < .
Berdasarkan uji Homogenitas yang dilakukan dengan Software Minitab didapat Pvalue = 0,340, nila ini lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu = 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi homogen.
d.   Melakukan uji kesamaan rata-rata
Adapun langkah-langkah dalam menguji kesamaan rata-rata populasi adalah:
1)        Tuliskan hipotesis statistik yang diajukan
H0:
H1: sekurang-kurangnya dua rata-rata tidak sama
2)        Tentukan taraf nyatanya (α)
3)        Tentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus:
4)        Tentukan perhitungan melalui tabel berikut

Tabel 3.4. Data hasil belajar siswa kelas populasi

Populasi

1
2
3
K
X11
X12
X1n
X21
X22
X2n
X31
X32
X3n

Xk1
Xk2
Xkn

Total
T1
T2
T3
Tk
T
Nilai
Tengah
X1
X2
X3
Xk
X

Perhitungannya dengan menggunakan rumus:
Jumlah Kuadrat Total (JKT)
Jumlah Kuadrat untuk nilai tengah Kolom (JKK)
Jumlah Kuadrat Galat (JKG)  JKT­  JKK

Masukkan data hasil perhitungan ke dalam tabel berikut:

Tabel 3.5. Analisis Ragam Bagi Data  Hasil Belajar Siswa Kelas     Populasi
Sumber Keragaman
Jumlah Kuadrat
(JK)
Derajat Bebas (dk)
Kuadrat Tengah
Fhitung
Nilai tengah kolom
JKK
k-1
Galat
JKG
N-k
Total
JKT
N-k


5)        Keputusannya:
H0 diterima jika  
H0 ditolak jika
Analisis variansi dilakukan dengan cara teknik anava satu arah dengan .

Analisis variansi dilakukan dengan cara teknik anava satu arah dengan f < f α (k – 1, N – k). Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh hasilnya yaitu . Berdasarkan tabel, diperoleh F0.05(6,228) = 2,10. Jadi, karena nilai Fhitung  < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima artinya  populasi memiliki kesamaan rata-rata
Untuk lebih mengakuratkan perhitungan, uji kesamaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan Software Minitab. Populasi memiliki kesamaan rata-rata jika Pvalue = 0,05.
Berdasarkan analisis data dengan Software Minitab dapat dilihat bahwa Pvalue = 0,906, nilai ini lebih besar dari taraf nyata yaitu = 0,05. Jadi dapat disimpulkan populasi memiliki kesamaan rata-rata.
e.    Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh populasi berdistribusi normal, homogen serta memiliki kesamaan rata-rata, maka pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak  (ramdom sampling). Jika populasinya sudah homogen, besarnya sampel tidak mempengaruhi taraf representatifnya sampel. Untuk populasi yang demikian ini sampel dalam jumlah kecil saja sudah mencukupi.[40] Mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti, maka peneliti hanya mengambil sampel sebanyak 2 lokal atau sekitar 60 orang siswa. Adapun langkah dalam pengambilan sampel yang penulis lakukan dibagian ini adalah menulis nama kelas pada potongan kertas kecil, kemudian kertas tersebut digulung dan memasukkan ke dalam kaleng kemudian penulis undi. Kertas yang pertama dan kedua terambil adalah kelas X3.dan X4, yang mana kelas tersebut peneliti jadikan sebagai sampel.

C.      Variabel, Data dan Sumber data penelitian
1.Variabel
Variabel penelitian merupakan suatu objek penelitian yang menjadi titik fokus perhatian peneliti dalam meneliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
a.    Variabel bebas : Kreativitas dan gaya belajar siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu
b.      Variabel terikat : Hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu
2.    Data
a.    Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah data skor angket kreativitas dan gaya belajar, data hasil belajar siswa yang didapat dari tes.
b.   Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung    melalui dokumen – dokumen atau data yang diarsipkan.[41] Dalam penelitian ini adalah nilai ulangan harian I matematika siswa yang berada pada  kelas X SMAN 1 Banuhampu semester genap sebelum dilakukan penelitian .
3.    Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
a.         Data primer bersumber dari kelas X SMAN 1 Banuhampu yang  menjadi sampel pada penelitian ini.
b.       Data sekunder bersumber dari Kantor Tata Usaha dan Guru bidang studi SMAN 1 Banuhampu.
D.  Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu:
1.    Tahap Persiapan
a)    Menentukan jadwal penelitian
b)   Mempersiapkan instrumen angket yang akan digunakan untuk penelitian, berupa angket kreativitas dan gaya belajar
c)    Mempersiapkan soal tes hasil belajar
d)   Melakukan validasi isi terhadap angket dan soal tes hasil belajar matematika
2.    Tahap Pelaksanaan
a)    Memberikan uji coba angket di kelas X6  dan X7 dengan jumlah siswa yang mengikuti uji coba angket sebanyak 63 orang
b)   Memberikan uji coba tes hasil belajar dikelas X6 dan X7 dengan jumlah peserta ujian uji coba sebanyak 36 orang
c)    Menganalisis hasil angket uji coba dan soal tes uji coba
d)   Memberikan angket kreativitas dan gaya belajar kelokal sampel yaitu kelas X3 dan X4 dengan jumlah siswa seluruhnya yaitu sebanyak 60 orang
e)    Memberikan soal tes hasil belajar untuk lokal sampel yaitu kelas X3 dan X4 , dengan jumlah siswa sebanyak 60 orang.



3.    Tahap Penyelesaian
Pada tahap penyelesaian, peneliti mengolah data yang didapat selama tahap pelaksanaan.

E.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.    Metode Kuesioner
Metode ini merupakan cara pengumpulan data dalam bentuk sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan kepribadiannya atau dalam hal-hal yang diketahuinya.[42]
2.    Metode Tes
Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa selama kurun waktu tertentu.

F.       Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian atau instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.[43] Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup yaitu, suatu angket yang pertanyaan/pernyataan dan alternatif jawabannya telah ditentukan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang diinginkan.
1)   Angket Kreativitas
Angket kreativitas digunakan untuk mengetahui tingkat kreativitas setiap siswa dalam pembelajaran matematika. Dimensi-dimensi yang digunakan meliputi dimensi kognitif, baik konvergen maupun divergen, dan dimensi afektif yaitu kecenderungan bersikap (fungsi perasaan).
 Angket kreativitas siswa terdiri atas beberapa pernyataan. Butir angket dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu pernyataan yang bersifat positif dan pernyataan yang bersifat negatif. Pernyataan positif yaitu pernyataan yang mendukung gagasan kreatif, sedangkan pernyataan negatif yaitu pernyataan yang tidak mendukung gagasan kreatif. Hal ini untuk menghindari jawaban yang asal memilih. Penyekoran untuk setiap butir berdasarkan pilihan dan sifat butir sebagai berikut:
Tabel 3.6.
Penyekoran butir angket bersifat positif dan negatif
Pilihan

Selalu
sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
Skor positif
5
4
3
2
1
Skor negatif
1
2
3
4
5

Angket kreativitas disusun dengan mengikuti cara-cara penyusunan tes kreativitas dengan penilaian yang melibatkan keterampilan berpikir dan kecenderungan bertindak. Adapun indikator-indikator variabel kreativitas dapat di lihat pada kisi-kisi instrumen kreativitas sebagai berikut
Tabel 3.8. Kisi-kisi Instrumen Kreativitas
DIMENSI
INDIKATOR
No.Butir
1. Kecenderungan
Berpikir secara
Konvergen dan
Divergen
a.    Berpikir secara Konvergen (fokus jelas)
b.    Berpikir secara Divergen (Mencari alternatif dengan pandangan yang berbeda)
3,6, 1,24


2,5,9,4,7, 8,10


2. Kecenderungan
bersikap
(fungsi
perasaan)
a.    Imajinatif
b.    Rasa ingin tahu
c.    Teguh dengan ide/independent 
d.   Percaya diri
e.    Antusias
f.     Intuitif
g.    Konsisten
h.    Mampu menyimpan asalah
25,15
18,21
11,16,
12,23,
13,19,
26,20,
22,14,
17,27
Total

27
Keterangan:
Cetak miring = butir negative

2) Angket Gaya Belajar
Data mengenai gaya belajar diperoleh melalui angket skala likert. Aspek-aspek yang diukur meliputi gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Angket gaya belajar terdiri atas beberapa pernyataan. Butir angket dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu pernyataan yang bersifat positif dan pernyataan yang bersifat negatif. Penyekoran untuk setiap butir berdasarkan pilihan dan sifat butir sama dengan angket kreativitas. Adapun indikator- indikator variabel gaya belajar dapat dilihat pada kisi-kisi instrumen kreativitas sebagai berikut:
Tabel 3.9.
Kisi-kisi instrumen Gaya Belajar
DIMENSI
INDIKATOR
No.Butir
Gaya
Belajar
Visual
a.    Belajar sesuatu dengan asosiasi visual
b.    Rapi dan teratur
c.    Mengerti dengan baik mengenai posisi, bentuk, angka, dan warna
d.   Sulit menerima instruksi verbal
5,7,8,
6,10,1
3,4

2,9
Gaya
Belajar
Auditori
a.    Belajar dengan cara mendengar
b.     Lemah terhadap aktivitas Visual
c.    Memiliki kepekaan terhadap musik
d.   Baik dalam aktivitas lisan
15,20,18
16,11
31,13,14
12,19,17

Gaya
Belajar
Kinestetik
a.    Belajar melalui aktivitas fisik
b.    Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
c.     Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh
d.    Menyukai kegiatan coba-coba
27,22,24
21,25,30

29,28
23,26

Total

31
Keterangan: Cetak miring = butir negative

2)   Tes hasil belajar
Dalam hal ini dilakukan tes hasil belajar terhadap materi pelajaran tertentu pada kelas X SMAN 1 Banuhampu semester genap, dimana soalnya disesuaikan dengan indikator-indikator yang ada pada materi pelajaran matematika kelas X SMAN 1 Banuhampu.





G.  Metode analisis instrument
1.    Analisis instrument angket
a. Validitas Instrumen angket
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih memiliki validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
 Validitas yang diperlukan untuk ketiga instrumen adalah validitas isi yang diperoleh melalui expert judgement yakni dosen pembimbing dan orang lain yang dianggap ahli.
Untuk menguji tiap butir pada instrumen dikatakan valid atau tidak maka dilakukan pengujian daya beda butir yaitu analisis butir dari kesejajaran butir dengan skor total. Analisis yang digunakan untuk menguji validitas butir angket adalah korelasi product moment dari Karl Pearson.[44] Penghitungan nilai korelasi dibantu dengan SPSS 16.

b.      Reliabilitas Instrumen angket
Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel, jika pengukurannnya konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang homogen diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS 16. [45]
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan program SPSS 16  untuk angket kreativitas diketahui nilai koefisien alpha sebesar 0,805 , dan nilai tabel r adalah antara 0.250 dan 0,273  pada taraf α = 5% dan db = n-2 .Dengan demikian nilai r hitung = 0,805 lebih besar dari nilai tabel r atau  0,805 > 0,273 , dan untuk angket gaya belajar diketahui nilai koefisien alpha sebesar  0,839, dan nilai tabel r adalah antara 0.250 dan 0,273  pada taraf α = 5% dan db = n-2 .Dengan demikian nilai r hitung = 0,839 lebih besar dari nilai tabel r atau 0,839 > 0,273. Ini artinya instrument angket kreativitas dan gaya belajar dinyatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.
2.    Analisis Soal Tes
Sebelum dilakukan uji coba untuk analisis butir soal , dilakukan validasi secara teoritik / isi.
 Analisis terhadap soal digunakan untuk mengetahui mutu soal tes yang telah dibuat dengan cara mengujikan soal tersebut terlebih dahulu. Uji coba instrumen ini dilakukan pada kelompok siswa yang bukan termasuk sampel tetapi masih dalam satu populasi. Setelah dilakukan uji coba, maka hasil uji coba dianalisis.
Adapun hal-hal yang dianalisis dari hasil uji coba instrumen adalah sebagai berikut.
1. Validitas
Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas item adalah rumus Korelasi Product Moment  dengan angka kasar sebagai berikut
Keterangan:
rXY = Koefisisen korelasi antara variabel x dan variabel y, dua variabel yang dikorelasikan
X   = Skor item ke i
Y  = Skor total
N = Banyaknya siswa[46]

Kriteria kualitas item soal adalah sebagai berikut:
0,800 – 1,00                : validitas sangat tinggi
0,600 – 0,800              : validitas tinggi
0,400 – 0,600              : validitas cukup
0,200 – 0,400              : validitas rendah
0,00 – 0,200                : validitas sangat rendah[47]

Setelah dilakukan pengujian pada soal uji coba, nilai r yang didapat dikonsultasikan ke tabel harga kritik r product moment sehingga dapat diketahui valid tidaknya item tersebut. Pada taraf kepercayaan 5% dan n-2 = 34, didapat  rtabel= 0,3291. Jika harga rhitung lebih kecil dari harga rtabel, maka item soal tersebut tidak valid. Begitu juga sebaliknya.Selain itu dilihat pula kriteria kevalidan setiap item.[48] Dari hasil perhitungan didapat kesimpulan sebagaimana terdapat dalam tabel berikut:
Tabel 3.10. Interprestasi validitas tes uji coba.
No
rhit
kesimpulan
kriteria
No
rhit
kesimpulan
Criteria
1
0.42
valid
cukup
16
0.70
valid
Tinggi
2
0.78
valid
tinggi
17
0.28
tidak valid
Rendah
3
0.58
valid
cukup
18
0.84
valid
Sangat Tinggi
4
0.52
valid
cukup
19
0.43
valid
Cukup
5
0.74
valid
tinggi
20
0.8
valid
sangat tinggi
6
0.77
valid
tinggi
21
0.31
tidak valid
Rendah
7
0.75
valid
tinggi
22
0.33
valid
Rendah
8
0.60
valid
tinggi
23
0.43
valid
Cukup
9
0.68
valid
tinggi
24
0.65
valid
Tinggi
10
0.62
valid
tinggi
25
0.4
valid
Rendah
11
0.77
valid
tinggi
26
0.92
valid
sangat tinggi
12
0.28
tidak valid
rendah
27
0.3
tidak valid
Rendah
13
0.24
tidak valid
rendah
28
0.82
valid
sangat tinggi
No
rhit
kesimpulan
kriteria
No
rhit
kesimpulan
Criteria
14
0.47
valid
cukup
29
0.39
valid
Rendah
15
-0.1
tidak valid
sangat rendah
30
0.65
valid
Tinggi


2. Reliabilitas
Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil tetap/ajeg, artinya jika tes tersebut diadakan pengukuran ulang pada kelas yang sama pada lain waktu maka hasilnya akan tetap/ajeg atau relatif sama.
Untuk menentukan reabilitas tes digunakan rumus KR-20, yaitu:
dimana :
r11                     = nilai reliabelitas
k                       = jumlah item
p                       = proporsi peserta didik yang menjawab
                              betul
q                       = 1- p
S                       = standar deviasi dari tes
               =  jumlah perkalian p dan q                                                                                    
Nilai r11 yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan r pada tabel, jika r11 > rtabel maka tes tersebut reliabel dengan taraf signifikan 5%.[49]

Setelah dilakukan analisis ternyata diperoleh bahwa r11 = 0,876 dan rtabel dengan taraf signifikan 5% dan n = 36 adalah 0,302. Diperoleh bahwa r11 > rtabel, sehingga soal tes uji coba reliabel.
3.    Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi.[50] Untuk menghitung tingkat kesukaran soal digunakan rumus:
Keterangan
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : jumlah seluruh peserta tes[51]

Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut.
Soal dengan 0,10 < P < 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan 0,30 P < 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan 0,70 P < 1,00 adalah soal mudah[52]

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap hasil tes uji coba, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.12. Interprestasi Indek Kesukaran Tes
No
P
KET
No
P
KET
No
P
KET
1
0.83
mudah
11
0.47
sedang
21
0.42
sedang
2
0.69
sedang
12
0.42
sedang
22
0.58
sedang
3
0.56
sedang
13
0.5
sedang
23
0.47
sedang
4
0.44
sedang
14
0.78
mudah
24
0.47
sedang
5
0.56
sedang
15
0.56
sedang
25
0.58
sedang
6
0.86
mudah
16
0.31
sukar
26
0.25
sedang
7
0.92
mudah
17
0.42
sedang
27
0.58
sukar
8
0.81
mudah
18
0.31
sukar
28
0.47
sedang
9
0.64
sedang
19
0.5
sedang
29
0.36
sukar
10
0.64
sedang
20
0.44
sedang
30
0.28
sukar

4.    Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
Rumus yang digunakan dalam menentukan daya pembeda soal adalah:

Keterangan:
D              :  daya pembeda
JA             :  banyaknya peserta kelompok atas
JB             :  banyaknya peserta kelompok bawah
BA             :  banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
                    dengan benar
BB             :  banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
                    dengan benar
PA            : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal
                   dengan benar
PB                        : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal
                   dengan benar[53]
Kriteria daya pembeda:
0,00 – 0,20                  : jelek
0,20 – 0,40                  : cukup
0,40 – 0,70                  : baik
0,70 – 1,00                  : sangat baik
D yang negative (-)     : semuanya tidak baik, sebaiknya semua  
                                       butir soalnya dibuang[54]

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap hasil tes uji coba, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.11.Interprestasi Daya Pembeda Tes
No
D
KET
No
D
KET
No
D
KET
1
0,33
cukup
11
0.28
cukup
21
0.5
Baik
2
0.61
baik
12
-0.2
sangat jelek
22
0.5
Baik
3
0.67
baik
13
0.22
cukup
23
0.5
Baik
4
0.56
baik
14
0.22
cukup
24
0.28
Cukup
5
0.44
baik
15
0.56
baik
25
0.5
Baik
6
0.17
jelek
16
0.39
cukup
26
0.06
jelek
7
0.17
jelek
17
0.39
cukup
27
0.28
Cukup
8
0.39
cukup
18
0.06
jelek
28
0.5
Baik
9
0.39
cukup
19
0.44
baik
29
-0.28
sangat jelek
10
0.39
cukup
20
0.33
cukup
30
0.33
Cukup



H.      Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah:
1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas mengorganisasi dan menganalisis data angka agar dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu keadaan sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu.[55] Statistik deskriptif ini juga merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Untuk memberikan gambaran mengenai hasil pengukuran terhadap ketiga variabel, yakni kreativitas, gaya belajar, dan prestasi belajar siswa disajikan melalui analisis deskriptif. Besaran statistik deskriptif antara lain rata-rata (mean), nilai tengah (median), frekuensi terbanyak (mode), simpangan baku (standard deviation). Disamping itu ditentukan pula  besarnya nilai presentase frekuensi.
Rumus yang digunakan untuk mempersentasekan besarnya nilai frekuensi adalah sebagai berikut :
Keterangan :
f             = persentase distribusi frekuensi
f(abs)     = frekuensi absolut
N           = jumlah total responden
Selanjutnya menentukan kecenderungan variabel. Pengkategorian dilaksanakan berdasarkan Mean Ideal dan Standart Deviation Ideal yang diperoleh:
Pada angket kreativitas yang berjumlah 20 butir dengan skala (1-5), skor terendah adalah 20 jika semua butir nilainya 1 dan skor tertinggi adalah 100 jika semua butir bernilai 5, sehingga rentang skor teoritiknya adalah 20-100. Pada angket gaya belajar yang berjumlah 24 butir dengan skala (1-5), skor terendah adalah 24 jika semua butir nilainya 1 dan skor tertinggi adalah 120 jika semua butir bernilai 5, sehingga rentang skor teoritiknya adalah 24-120. Untuk nilai matematika siswa rentang skor teoritiknya adalah 42-95, ini diambil nilai tertinggi dan terendah yang didapatkan dari tes hasil belajar.
Tingkat kecenderungan masing-masing variabel dikategorikan menjadi empat macam dengan ketentuan sebagai berikut:
x ≥ (Mi + 1. SDi)                   : tinggi
(Mi + 1. SDi) > x ≥ Mi          : cukup
Mi > x ≥ (Mi – 1. SDi)           : kurang
x < (Mi – 1. SDi)                   : rendah[56]
2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Ciri analisis data inferensial adalah digunakannya rumus statistik tertentu  (misalnya uji t, uji F, dan lain sebagainya). Dengan demikian statistik inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi populasi.[57]
a.    Pengujian Persyaratan analisis
1)    Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan  untuk menguji apakah dalam sebuah  model regresi, variabel dependent, variabel independent, atau keduanya mempunyai distribusi normal, ataukah tidak. Model regresi dikatakan baik apabila distribusinya normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dan dengan menggunakan software SPSS 16. Sebelumnya diajukan hipotesis:
H0: variabel kreativitas, gaya belajar dan hasil belajar tidak berdistribusi normal
H1: variabel kreativitas, gaya belajar dan hasil belajar berdistribusi normal
Kriteria uji , apabila nilai r (probability value/critical value) lebih kecil atau sama dengan (=) dari tingkat α yang ditentukan maka H0 ditolak dan terima H1 , dalam hal lainnya H0 diterima dan tolak H1.[58]
2)    Uji Homogenitas
Untuk keperluan uji homogenitas variansi data variabel kelompok Y (Hasil Belajar Matematika) atas X1 (Kreativitas) dan X2 (Gaya Belajar) dilakukan uji Bartlett  dengan bantuan SPSS 16 yang berfungsi menguji homogenitas variansi  antar kelompok.[59]
Kriteria uji , apabila nilai r (probability value/critical value) lebih kecil atau sama dengan (=) dari tingkat α yang ditentukan maka skor-skor pada variabel X dan skor-skor pada variabel Y menyebar secara homogen. Dalam hal lain skor-skor menyebar secara berbeda.[60]
3)    Uji Linieritas
Pemeriksaan kelinieran regresi dilakukan melalui pengujian hipotesis nol,bahwa regresi linier melawan hipotesis tandingan bahwa regresi tidak linier.Pengujian linieritas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.
Kriteria uji , apabila nilai r (probability value/critical value) lebih kecil atau sama dengan (=) dari tingkat α yang ditentukan maka distribusi berpola linier dalam hal lain distribusi tidak berpola linier.[61]
b.   Pengujian Hipotesis
1)   Pengaruh kreatifitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa secara bersama-sama
a.   Persamaan regresi
Adapun rumus regresi linier berganda adalah:
Y                 = Variabel terikat yaitu hasil belajar
a                  = Konstanta
b1                 = Koefisien regresi variabel bebas pertama
b2                 = Koefisien regresi variabel bebas kedua
X1                = Variabel bebas pertama yaitu kreatifitas
X2                = Variabel bebas pertama yaitu gaya belajar
Pada persamaan regresi ganda nilai a dan koefisien regresi b1 dan b2 dapat dihitung dengan rumus:
Dimana:

b.   Koefisien korelasi
Digunakan untuk melihat hubungan antara dua atau lebih  variabel bebas X secara bersama-sama dengan satu variabel terikat Y. Koefisien korelasi ganda dirumuskan sebagai berikut:
Ket:
 kuadrat koefisien korelasi sederhana dari variabel   bebas ke 1 dengan variabel terikat y
kuadrat koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 2 dengan variabel terikat y
 koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 1 dengan variabel bebas ke 2 [63]

Untuk keperluan perhitungan koefisien korelasi r berdasarkan sekumpulan data (Xi,Yi) berukuran n maka dapat digunakan rumus:
Keterangan:
r   = koefisien korelasi
n  = ukuran data
Xi = Variabel bebas ke i
Yi = Variabel terikat ke i[64]
Pada koefisien korelasi product moment, tanda (+) menunjukkan korelasi searah dan tanda (-) menunjukkan adanya korelasi berlawanan arah.Angka korelasi ini besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai ±1; artinya angka korelasi ini paling tinggi adalah ±1 dan paling rendah adalah 0.[65]

Interpretasi koefisien adalah sebagai berikut:
0                               : tidak berkorelasi
0,01 – 0,20               : sangat rendah
0,21 – 0,40               : rendah
0,41 – 0, 60              : agak rendah
0,61 – 0,80               : cukup
0,81 – 0,99               : tinggi
1                                                          : sangat tinggi[66]




c.    Koefisien Determinasi berganda
Jika ingin mengetahui besarnya sumbangan atau peranan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat dapat dihitung dengan rumus koefisien determinasi berganda.
Dari koefisien korelasi berganda, koefisien determinasi berganda dapat dihitung yaitu:
KD = r2 x 100%[67]



d.   Pengujian hipotesis regresi berganda
Digunakan uji F, uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama atau simultan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Terlebih dahulu diajukan hipotesis:
H0 artinya tidak ada pengaruh kreativitas dan gaya belajar secara   bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa
H1 artinya ada pengaruh kreativitas dan gaya belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa
adapun rumus yang digunakan untuk uji F adalah sebagai berikut :
Keterangan:
 = Jumlah kuadrat regresi
 = Jumlah kuadrat residu
n        = banyak data
k        = banyak variabel bebas
Untuk menentukan kriteria pengujian, maka membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel. Apabila Fhitung £ Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Taraf yang digunakan biasanya 5% (0,05) atau 1% (0,01).[68]
2)   Pengaruh kreatifitas  dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa secara parsial
a.   Persamaan regresi
Menggunakan regresi linier sederhana, regresi linier sederhana adalah regresi linier yang mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang bersifat linier yang melibatkan satu variabel bebas untuk digunakan sebagai prediksi besarnya nilai variabel terikat.
Adapun rumus rumus regresi linier sederhana adalah:
, dan 
Keterangan:
Y     = Variabel terikat yaitu hasil belajar
a      = Konstanta
b1     = Koefisien regresi variabel bebas pertama
b2     = Koefisien regresi variabel bebas kedua
X1    = Variabel bebas pertama yaitu kreatifitas
X2    = Variabel bebas pertama yaitu gaya belajar
Koefisien regresi a dan b dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
n  = ukuran data
Xi = Variabel bebas ke i
Y = Variabel terikat
b.   Uji hipotesis regresi sederhana
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial, maka dilakukan uji F. Terlebih dahulu diajukan hipotesis.
Hipotesis yang diajukan yaitu:
H0 :    , artinya:
1.    tidak ada pengaruh kreatifitas terhadap hasil belajar matematika siswa
2.    tidak ada pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa
H1 : artinya:
1.    ada pengaruh kreatifitas terhadap hasil belajar matematika siswa
2.    ada pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa
Untuk menentukan nilai uji F dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menghitung jumlah kuadrat regresi a  dengan rumus:
2.      Menghitung jumlah kuadrat regresi  dengan rumus:
3.      Menghitung jumlah kuadrat residu  dengan rumus:
4.      Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a   dengan rumus:
5.      Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi  dengan rumus:
6.      Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu   dengan rumus:
7.      Menghitung F dengan rumus:
8.      Menentukan nilai kritis   atau nilai tabel F pada  derajat  bebas  dan
9.      Membandingkan nilai uji F dengan nilai tabel F, dengan kriteria uji, apabila nilai hitung F lebih besar atau sama dengan  nilai tabel F maka H0 ditolak.[70]


c.    Koefisien Korelasi sederhana
Untuk keperluan perhitungan koefisien korelasi r berdasarkan sekumpulan data (Xi,Yi) berukuran n maka dapat digunakan rumus:
Keterangan:
r  = koefisien korelasi
n  = ukuran data
Xi = Variabel bebas ke i
Yi = Variabel terikat ke i[71]
Pada koefisien korelasi product moment, tanda (+) menunjukkan korelasi searah dan tanda (-) menunjukkan adanya korelasi berlawanan arah.Angka korelasi ini besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai ±1; artinya angka korelasi ini paling tinggi adalah ±1 dan paling rendah adalah 0.[72]
Interpretasi koefisien adalah sebagai berikut:
0                              : tidak berkorelasi
0,01 – 0,20              : sangat rendah
0,21 – 0,40               : rendah
0,41 – 0, 60              : agak rendah
0,61 – 0,80               : cukup
0,81 – 0,99               : tinggi
1                                      : sangat tinggi[73]


d.      Koefisien determinasi sederhana
Dari nilai koefisien korelasi dapat dihitung  koefisien determinasi yaitu dengan rumus :
KD = r2 x 100%[74]
e.    Korelasi parsial
Korelasi parsial adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya hubungan dua atau lebih variabel X dengan variabel Y, yang salah satu bagian variabel bebasnya dianggap konstan atau tetap. Untuk mengontrol pengaruh variabel kreativitas (X1) ataupun variabel gaya belajar (X2), dilakukan pengujian korelasi parsial. Jika pengaruh variabel kreativitas (X1) ataupun pengaruh variabel gaya belajar (X2) dikendalikan (dikontrol) maka diperoleh koefisien korelasi parsial dengan harga tertentu.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi parsial adalah:
ü  Hubungan antara variabel kreatifitas dengan hasil belajar , apabila variabel gaya belajar dianggap tetap atau konstan :
ü  Hubungan antara variabel gaya belajar dengan hasil belajar , apabila variabel kreatifitas dianggap tetap atau konstan :
Ket:
 koefisien korelasi parsial dengan mengontrol variabel  bebas gaya belajar  (X2)
 koefisien korelasi parsial dengan mengontrol variabel bebas kreatifitas (X1)
 koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 1 dengan variabel terikat y
 koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 2 dengan variabel terikat y
 koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 1 dengan variabel bebas ke 2[75]



DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam Al-khalili, Amal, Pengembangan kreatifitas anak, (Hj Umma Farida, terjemahan). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.  2005

Ali, Mohammad, Psikologi remaja. Jakarta: Bumi Aksara. 2005
Alma,  Buchori,  Kewirausahaan, (Bandung: CV Alfabeta,2007), hal.70.

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. 2009

 Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,1992

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,1999

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta. 2000

Arikunto, Suharsimi .Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta,2006

Azwar, Syaifuddin. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2003)

Ali Muhidin ,Sambas,dkk. Analisis Korelasi , Regresi, Dan Jalur dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia.2009

Chandra, Julius. Kreatifitas, Bagaimana menanam, Membangun dan Mengembangkannya Yogyakarta:Kanisius.1994

Csikszentmihalyi, Mihally.Creativity, Flow and The Psychology of Discovery and Invention, New Yotk: harper Collins Publisher. 1996. ( dalam skripsi Dewi A. Sagitasari)

Departemen Agama RI. AL-Qur’an Dan Terjemahan. Bandung: CV Penerbit J-ART.2005

DePotter, Bobbi , Mike Hernacki, Quantum Learning. Bandung: Kaifa. 1999
E. Walpole, Ronal. Pengantar Statistika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.1993
Gunawan, Adi W. Genius Learning Strategy. Jakarta:PT Gramedia Pustak Utama.2003

Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 2 (Meitasari Tjandrasa. Terjemahan).Jakarta:Erlangga. 2002

Gardner, Howard. Creating minds, An Anatomy of Creativity. New York: Basic Books.1993

Mardapi, Djemari. Teknik Penyusunan Instrunen Tes dan Non Tes. Yogyakarta: Mitra Cendeki,.2008

Made ,I, Putrawan. Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-penelitian Sosial.Jakarta: Rineka Cipta. 1990

Munandar, Utami. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. 1999

Munandar, Utami. Mengembangkan bakat dan kreativitas Anak Sekolah.Jakarta: Gramedia.1999

Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan ke-11 Jakarta: Bumi Aksara. 2008

Nasution. Didaktik Azas-Azas Mengajar. Jakarta: Grasindo.1982

Purwanto M, Ngalim. Psikologi Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2003

R. Semiawan, Conny. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997

Sagitasari.A Dewi. Hubungan Kreativitas dan gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SMP Godean. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. (2010)

Sarwono, Jonathan .Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS.Yogyakarta: CV Andi Offset.2006

Shota, Farhan. Gaya Belajar Insan Pembelajar. (http://jendela-dunia.co.id. Diakses 19 Maret 2012

Slameto.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: PT Rineka Cipta 2003

Sudjana, Metode Statistika,( Bandung: Tarsito, 2003),h.466
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Rosda Karya. 1989

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya. 2004

Sudijono, Anas .Pengantar Statistik pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008
Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Bandung: CV Alfa Beta. 2009

Syaodih Sukmadinata, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung: PT 5Remaja Rosdakarya.2003

Supriyadi, Dedi. Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek.Bandung: CV Alfabeta.1997

Tim Penulis Departemen  Pendidikan  Nasional,Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.2003

Usman, Husaini. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. 2009


[1] [1] Departemen Agama RI, AL-Qur’an Dan Terjemahan, ( Bandung: CV Penerbit J-ART, 2005), h.285
[2] Farhan shota, Gaya Belajar Insan Pembelajar, (http://jendela-dunia.co.id. Diakses 19 Maret 2012)
[3] Tim Penulis Departemen  Pendidikan  Nasional,Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas,2003), hal .6
[4]Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat,  (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal.7
[5] Bobbi DePotter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, ( Bandung: Kaifa, 1999), h.110
[6] Ngalim Purwanto M, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 513 - 514.
[7] Julius Chandra, Kreatifitas, Bagaimana menanam, Membangun dan Mengembangkannya (Yogyakarta:Kanisius,1994), hal.15-16
[8] Hurlock, Elizabeth B, (2002). Perkembangan Anak Jilid 2 (Meitasari Tjandrasa. Terjemahan)
(Jakarta:Erlangga, 2002), hal. 4.( dalam skripsiDewi A.Sagitasari, pengaruh kreatifitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa SMP, hal. 10)
[9] AmalAbdussalam Al-khalili, Pengembangan kreatifitas anak, (Hj Umma Farida, terjemahan), (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h.32
[10] AmalAbdussalam Al-khalili, … , h.33-34
[11] AmalAbdussalam Al-khalili, … , h.35-36
[12] Conny R. Semiawan, Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), hal. 29-31
[13] DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, … ,h.301
[14] Dedi Supriyadi, Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, (Bandung: CV Alfabeta,1997), hal. 44.
[15] Mohammad Ali, Psikologi remaja, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 40
[16] Csikszentmihalyi, Mihally, Creativity, Flow and The Psychology of Discovery and Invention, (New Yotk: harper Collins Publisher, 1996), hal. 74 ( dalam skripsi Dewi A. Sagitasari, h. 20)
[17]  Dedi Supriyadi, … , hal. 7
[18] Utami Munandar, Mengembangkan bakat dan kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Gramedia,1999), hal. 51.
[19] Csikszentmihalyi, Mihally, .. , hal. 55( dalam skripsi Dewi A Sagitasari, hal.23)
[20] Gardner, Howard, Creating minds, An Anatomy of Creativity, (New York: Basic Books, 1993), hal. 19-25(skripsi Dewi A. Sagitasari hal.23)
[21] Dedi Supriyadi, … , h. 24-25
[22]  Utami Munandar, Mengembangkan bakat dan kreativitas Anak Sekolah , (Jakarta: Gramedia,1999), h. 99.
[23]Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat,  (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal.59
[24] DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, Quantum Learning, … ,h.111
[25] Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Cetakan ke-11, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 93.
[26] Bobbi De Potter dan Mike Hernacki, … , h.113
[27] DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, … , h.120
[28] Adi W Gunawan, Genius Learning Strategy, ( Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h.149
[29] Ngalim Purwanto M, Psikologi Pendidikan , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal.84
[30] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT 5Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 155.
[31] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hal. 2
[32] Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar,( Jakarta: Grasindo,1982). hal.25
[33] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,1992), Hal.133
[34] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Rosda Karya, 2004), Hal.22
[35] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Rosda Karya, 1989), Hal.111
[36] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Rineka Cipta: Jakarta, 2000), hal.326.
[37] Sudjana, Metode Statistika,( Bandung: Tarsito, 2003),h.466
[38] Sudjana, … , h.261
[39] Ronal, E. Walpole, Pengantar Statistik. ( Jakarta : PT. Gramadia Pustaka Utama, 1992), h.383
[40] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian,( Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2004), hal. 37.
[41]Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian ,…, hal. 84-85
[42] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian. (Jakarta : Rineka Cipta,  2000), hal. 134.
[43] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik., (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), h.158
[44] Sambas Ali Muhidin,dkk, Analisis Korelasi , Regresi, Dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia,2009),h.31
[45] Sambas Ali Muhidin,dkk, … , h.37
[46]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.72
[47] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.75
[48] Suaharsimi Arikunto, … , h.75
[49] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.100-101
[50] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) , h.207
[51] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) , h.208
[52] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) , h.210
[53] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.211-214
[54] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) , h.218
[55] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,  2008), h. 4
[56] Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrunen Tes dan Non Tes, (Yogyakarta: Mitra Cendeki, 2008),h.123
[57] Sambas Ali Muhidin, dkk,  … , h.53
[58] Sambas Ali Muhidin, dkk,  … , h.83
[59] Sudjana, … , h. 261
[60] Sambas Ali Muhidin, dkk,  … , h.89
[61] Sambas Ali Muhidin, dkk,  … , h.98
[62] Sambas Ali Muhidin, dkk,  … , h.203
[63] Sudjana, … , h.385
[64] Sudjana, … , h.369
[65] Anas Sudijono, … ,  h.186
[66] Husaini Usman, Pengantar Statistika, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.201
[67] Jonatan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: CV Andi Ofset,2006),  h.89
[68] Sudjana, … , h.355
[69] Sudjana, … , h.315
[70] Sambas Ali Muhidin, dkk,  … , h.195
[71] Sudjana, … , h.369
[72] Anas Sudijono, … , h.186
[73] Husaini Usman, … , h.201
[74] Jonatan Sarwono, … , h.89
[75] Sambas Ali Muhidin, dkk,  … , h.132



2 comments:

  1. Boleh share angket kreativitas dan gaya belajarnya gan??? mohon bantuannya...

    ReplyDelete