PROPOSAL
Pengaruh
kreativitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X
SMAN 1 Banuhampu Pakan Sinayan
Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Metodologi
Penelitian
Disusun Oleh:
ADE PUTRA (2410.085)
Dosen
Pembimbing:
M.Immamuddin, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
1433H/2013M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sekolah adalah lembaga pendidikan
formal yang memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari apa yang perlu
diketahui agar dapat berfikir cerdas, berfikir cepat , terampil dan mempunyai
keahlian. Di sekolah terjadi proses belajar untuk membentuk pribadi yang
berkualitas. Manusia harus belajar untuk bisa mempertahankan hidupnya di dunia
ini. Belajar juga merupakan sarana manusia untuk memahami ilmu ataupun segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses penciptaan oleh Allah SWT. Melalui proses
belajar, manusia dapat memahami dan meyakini keberadaan pengaturnya. Proses
belajar dalam penggalian ilmu merupakan suatu kewajiban bahkan suatu kebutuhan
manusia yang dijadikan dasar dalam berperilaku dan menyelesaikan suatu
persoalan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 36 yang
berbunyi :
Artinya:
“Dan
janganlah kamu melakukan sesuatu tanpa dasar ilmu, sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, akan dimintai pertanggung jawabannya”.[1]
Allah memberikan sarana berupa
penglihatan, pendengaran, dan qolbu yang dapat dimanfaatkan manusia untuk
belajar sepanjang hidup. Berpeganglah pada konsep “Hidup untuk Belajar” bukan
suatu konsep ”Belajar untuk hidup” di dalam menjalankan fitrah manusia sebagai
hamba yang selalu mengabdi kepadaNya. Berkaitan dengan keharusan belajar atau
mempelajari sesuatu hendaknya mengedepankan belajar secara tuntas dan tidak
parsial.[2]
Kegiatan belajar di sekolah juga menuntut peserta didiknya untuk belajar secara
maksimal untuk mewujudkan suatu tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Berdasarkan pada tujuan pendidikan
nasional setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah mempunyai tujuan dan karakteristik tertentu,
demikian juga halnya pelajaran matematika juga mempunyai tujuan antara lain :
1.
Melatih cara
berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi,
eksperimen, menunjukkan kesamaan , perbedaan, konsisten dan inkosisten.
2.
Mengembangkan
aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, inkuiri, dan penemuan.
3.
Mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah
4.
Mengembangkan kemampuan
menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan abstrak lain melalui
pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan[3]
Usaha untuk mencapai tujuan
pembelajaran matematika tersebut di atas telah banyak dilakukan oleh
pemerintah, seperti: diadakan seminar dan pelatihan guru, penyempurnaan
kurikulum, perbaikan sarana dan manajemen sekolah dan lain-lain. Usaha tersebut
semata-mata untuk memajukan pendidikan matematika. Tanpa usaha segala sesuatu
sulit untuk kita dapatkan. Oleh karena itu berbagai upaya selalu dilakukan
untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Dalam dunia pendidikan proses
pembelajaran penekanannya lebih pada hafalan dan mencari satu jawaban yang
benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses–proses pemikiran tinggi
termasuk berpikir kreatif sebagaimana
tercantum dalam tujuan pembelajaran matematika jarang dilatih. Hal ini tidak
hanya terjadi di Indonesia tetapi juga tejadi di negara-negara lain,
sebagaimana dinyatakan oleh Guilford (1950) dalam pidato pelantikannya sebagai
Presiden dari American Psychological Association, bahwa:
Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai
lulusan perguruan tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan
tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun
mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara
yang baru. [4]
Ini Juga sering terjadi dalam proses
pembelajaran di sekolah, siswa akan kesulitan menyelesaikan suatu masalah
berupa soal-soal yang baru yang dituntut penyelesaiannya dengan cara baru yang
membutuhkan adanya kreatifitas.
Selain kreativitas, gaya belajar
siswa merupakan salah satu unsur yang penting yang harus diperhatikan dalam
proses belajar untuk mewujudkan tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan.
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam bukunya Quantum Learning mengatakan bahwa gaya belajar merupakan
kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, sekolah, dan dalam
situasi antar pribadi, dengan begitu gaya belajar akan mempengaruhi
seseorang dalam menyerap dan mengolah informasi sehingga akan mempengaruhi
prestasi yang dicapai.[5]
Dari itu penulis sangat tertarik
untuk membuktikan teori tersebut apakah benar gaya belajar akan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi di SMAN 1
Banuhampu pada Desember 2012, terlihat banyak siswa dalam menyelesaikan
permasalahan matematika hanya mengerjakan seperti apa yang diberikan oleh guru
mereka. Hal ini terlihat ketika mereka mengerjakan soal di papan tulis. Ketika
permasalahan yang dihadapinya agak berbeda penyajiannya mereka merasa kesulitan
untuk menyelesaikannya. Selain itu, cara penyelesaian permasalahan matematika
setiap siswa terlihat homogen dan tidak ada yang mengerjakan soal dengan cara
penyelesaian selain yang diajarkan guru karena takut salah. Hal ini dikarenakan
cara berpikir mereka yang masih bersifat konvergen. Oleh sebab itu, diperlukan
kemampuan berkreativitas sehingga siswa dapat memilih dan menerapkan
cara/metode yang tepat guna menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan
benar. Pada akhirnya hasil belajar yang diharapkan dapat optimal.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan atau lamban dalam menangkap pelajaran
matematika. Terdapat siswa yang gelisah di kelas kemudian bertanya pada teman
sebangkunya ketika guru memberi materi pelajaran secara lisan. Siswa tersebut
meminta temannya untuk menerangkan kembali penjelasan guru. Terdapat pula siswa
yang meminta guru untuk menuliskan contoh soal dan jawabannya di papan tulis
dan juga terdapat siswa yang diam saja ketika ditanya guru, siswa tersebut
tidak dapat menjawab. Dari berbagai masalah yang dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran di kelas menandakan bahwa siswa-siswi memiliki tingkat kreativitas
dan cara yang berbeda-beda dalam belajar
dan proses pembelajaran. Cara yang mereka gunakan untuk menerima pelajaran
merupakan gaya belajar mereka masing-masing.
Selain itu penulis juga melihat
banyak siswa yang merasa kesulitan menyesuaikan gaya belajar mereka dengan cara
mengajar guru di sekolah, yang mana seharusnya gurulah yang harus tau dan paham
akan keragaman gaya belajar yang dimiliki siswa sehingga guru bisa memilih
strategi yang cocok. Ketidak cocokan gaya mengajar dan strategi yang dipilih
guru dengan gaya belajar siswa membuat susahnya siswa mengikuti proses pembelajaran
dengan baik, ini akan berujung pada hasil belajar yang kurang memuaskan.
Berdasarkan pada pengamatan dan
adanya permasalahan yang terjadi penulis berpikir bahwa betapa sangat
berpengaruhnya kreativitas dan gaya belajar terhadap prestasi seseorang.
Walaupun hal ini belum diuji kebenarannya namun secara teoritis kreativitas dan
gaya belajar memegang peranan penting dalam hubungannya dengan hasil belajar.
Berdasarkan data yang penulis
dapatkan dari guru bidang studi matematika SMAN 1 Banuhampu, terlihat bahwa hasil
belajar matematika siswa masih rendah, nilai siswa masih banyak yang belum
mencapai Standar Ketuntasan yang ditetapkan. Sebagaimana terlihat pada tabel
nilai ulangan harian 1 matematika kelas X semester Genap siswa SMAN 1 Banuhampu
sebagai berikut:
Tabel 1.1.
Rata-Rata Nilai Ulangan Harian I
Matematika Kelas X Semester Genap Siswa SMAN 1 Banuhampu Tahun Pelajaran 2011 /
2012
Lokal
|
Jumlah
Siswa
|
Rata-rata
|
Persentase
Ketuntasan
|
|
Tuntas
(%)
|
Tidak Tuntas (%)
|
|||
X1
|
32
|
60,85
|
41,17
|
58,83
|
X2
|
34
|
64,60
|
51,51
|
48,49
|
X3
|
33
|
65,09
|
40,00
|
60,00
|
X4
|
34
|
61,85
|
35,29
|
64,71
|
X5
|
30
|
62,28
|
39,28
|
60,72
|
X6
|
39
|
63,28
|
39,47
|
60,53
|
X7
|
35
|
60,24
|
27,27
|
72,73
|
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa
masih tergolong rendah, sebab persentase ketuntatasan yang dicapai masih berada
dibawah 50 % dan rata-rata nilai ulangan harian siswa umumnya masih berada di
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata
pelajaran matematika yakni 70,00.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tinggi dan rendahnya hasil belajar siswa, termasuk di dalamnya faktor intern
dan faktor ekstern. Faktor-faktor tersebut sering kali menjadi penghambat dan
pendukung keberhasilan siswa. Kreativitas dan gaya belajar merupakan faktor intern
yang terdapat dalam diri siswa yang dapat mendukung dan dapat juga menghambat
untuk menjadikan hasil belajar matematika siswa dikatakan baik. Kreativitas dan
gaya belajar yang dipilih sebagai variabel yang diteliti, hal ini dikarenakan
objek kajian yang dipelajari dalam matematika bersifat abstrak (fakta, konsep,
operasi, prinsip), terdapat pemecahan masalah, serta adanya pengertian yang
masih lemah dan belum bermakna dalam memahami konsep matematika. Sehingga siswa
masih kesulitan dalam mempelajari matematika
Keterkaitan antara kreativitas dan
gaya belajar dengan prestasi belajar matematika ini juga didukung penelitian
Sternberg yang mengungkapkan bahwa kreativitas berkaitan erat dengan
intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi.
Dalam penelitian ini diharapkan mampu
mengungkapkan apakah benar kreativitas dan gaya belajar siswa berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika dan seberapa besar pengarunya. Hal ini
dimaksudkan guna meningkatkan mutu hasil belajar matematika di SMAN 1 Banuhampu
khususnya untuk kelas X tempat peneliti melakukan penenlitian.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1.
Siswa
masih berpikir secara konvergen sehingga apabila permasalahan yang dihadapinya
agak berbeda penyajiannya mereka merasa kesulitan untuk menyelesaikannya.
2.
Kreativitas
siswa yang kurang dalam menyelesaikan soal matematika yang baru dan yang
bervariasi
3.
Strategi
mengajar yang dipilih guru yang kadang-kadang kurang sesuai dengan gaya belajar
siswa.
4.
Masih
rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu
C. Pembatasan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
dan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu adanya
pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam penelitian ini dapat lebih
terfokus dan terarah. Oleh karena keterbatasan yang dimiliki peneliti baik
dalam hal kemampuan, dana, waktu, dan tenaga maka penelitian ini dibatasi pada “pengaruh kreativitas dan gaya belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu” dengan
populasi seluruh siswa kelas X, dan untuk sampelnya diambil 2 kelas.
D. Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang dapat
dirumuskan permasalahan tersebut sebagai berikut:
1.
Adakah
pengaruh signifikan kreativitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu?
2.
Adakah
pengaruh signifikan kreativitas terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X
SMAN 1 Banuhampu?
3.
Adakah
pengaruh signifikan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas
X SMAN 1 Banuhampu?
E. Tujuan penelitian
Penelitian ditujukan :
1.
Untuk
mengetahui adakah pengaruh signifikan kreativitas dan gaya belajar terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu.
2.
Untuk
mengetahui adakah pengaruh signifikan kreativitas terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas X SMAN 1
Banuhampu.
3.
Untuk
mengetahui adakah pengaruh signifikan
gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Agar
tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami skripsi ini, maka peneliti akan
menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut :
1.
Kreativitas
adalah pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang
mencerminkan penemuan dan hasil-hasil ilmiah, cara berpikir yang baru, asli,
independen, dan imajinatif , konsisten, intuitif, mampu menyimpan masalah,
antusias, rasa ingin tahu, kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan,
kemampuan membuat gagasan-gagasan yang berbeda dan membuat sintesis. Dalam
penelitian ini nilai kreativitas merupakan skor yang diperoleh siswa setelah
mengisi angket kreativitas
2.
Gaya
belajar adalah cara yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan menggunakan
perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah
informasi pada proses belajar atau bisa juga diartikan cara
kita menyerap informasi melalui indera yang kita miliki. Dalam penelitian ini nilai gaya
belajar merupakan skor yang diperoleh
siswa dalam mengisi angket gaya belajar.
3.
Hasil
belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan suatu
proses belajar matematika selama kurun waktu tertentu dimana hasil belajar
tersebut bisa diukur melalui suatu tes. Dalam penelitian ini hasil belajar
matematika yang diteliti adalah hasil belajar pada ranah kognitif. Hasil
belajar siswa didapat dari skor / nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti
tes.
G. Manfaat penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi
guru dan sekolah
Sebagai gambaran bagaimana peran guru
sebagai motivator dan fasilitator di dalam memberikan bimbingan kepada siswa
dalam rangka meningkatkan kreativitas belajar siswa.
Sebagai bahan acuan untuk menentukan
strategi mengajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa guna mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif dan secara tidak langsung akan meningkatkan mutu
sekolah.
2.
Bagi
peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
penulisan karya ilmiah dan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika.
3.
Bagi
peneliti-peneliti lain, penelitian ini sebagai bahan referensi untuk melakukan
penelitian-penelitian yang sejenis selanjutnya
·
BAB
II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A.
Deskripsi Teoritis
1. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Pada hakikatnya perkataan kreatif
adalah penemuan sesuatu yang baru, dan bukan akumulasi dari keterampilan atau
pengetahuan yang diperoleh dari buku pelajaran. Kreatif diartikan juga sebagai
pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencerminkan
hasil-hasil ilmiah, penemuan ilmiah, dan penciptaan-penciptaan secara mekanik.
Menurut Winkel, dalam kreativitas
berpikir atau berpikir kreatif, kreativitas merupakan tindakan berpikir yang
menghasilkan gagasan kreatif atau cara berpikir yang baru, asli, independen,
dan imajinatif. Kreativitas dipandang sebuah proses mental. Daya kreativitas
menunjuk pada kemampuan berpikir yang lebih orisinal dibanding dengan
kebanyakan orang lain.[6]
Beberapa defenisi tentang kreativitas
menurut para ahli:
1.
Jacques
Hadmard, dalam AN essay On The Psychology of invention In Mathematical Field,
mengatakan bahwa kreativitas adalah “Jelaslah suatu penemuan atau kreasi, baik
dalam matematika, maupun dalam bidang lain, terjadi dengan menghubungkan
ide-ide.”
2.
Dr.Myron
S. Alien, Dalam Psychodynamic Synthesis mengatakan: “ Kreatifitas adalah
perumusan-perumusan dari makna melalui sintesis."
3.
George
J. Seidel, dalam The Crisis Of Creativity, mengatakan:” Kreatifitas adalah
kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-kadang dengan cara yang
ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar pendayagunaan kreatif dari
daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan manapun.”[7]
Menurut
Elizabeth Hurlock (seorang pakar psikologi perkembangan anak), ”kreativitas
adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan
apa saja yang pada dasarnya baru dan
sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif
atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan perangkuman. Ia mungkin mencakup
pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman
sebelumnya dan pencangcokkan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup
pembentukan korelasi baru. Ia harus mempunyai maksud atau tujuan, bukan fantasi
semata, walaupun merupakan hasil yang sempurna lengkap. Ia mungkin dapat
berbentuk produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin bersifat
prosedural atau metodologis.[8]
Dari definisi-definisi di atas
disimpulkan bahwa kreativitas adalah tindakan berpikir yang imajinatif melalui
proses mental dari keinginan yang besar dan disertai komitmen yang menghasilkan
gagasan-gagasan baru, bersifat asli, independen, dan bernilai.
b. Istilah-istilah teknis tentang proses kreativitas
1. Produksi kreatif
Produksi
kreatif adalah suatu produksi yang
baru dan tiada tandingannya, serta dikenal dengan kemampuan untuk memproduksi
sesuatu yang baru, atau menciptakan hubungan yang baru terhadap sesuatu yang
telah diketahui sebelumnya, dengan syarat sesuatu atau hubungan yang baru itu
mempunyai tujuan tertentu dan bermanfaat, serta mampu menutupi kebutuhan bagi
individu atau sekelompok orang.[9]
Ada
beberapa pengertian yang sepadan dengan makna produksi kreatif ini, yaitu
produk kreativitas. Kata ini mengandung arti segala hal yang mendatangkan beberapa
perubahan melalui kreativitas tersebut. Jadi produk kreativitas ini memiliki
makna dan nilai tertentu. Ia dapat berupa suatu upaya untuk mengalahkan
kesulitan yang tidak diketahui oleh seseorang.
Produk
kreativitas ini bisa dipengaruhi oleh faktor kebebasan, fleksibilitas, dan
orisinalitas. Faktor ini juga membutuhkan rasa percaya diri , kemandirian, dan
kekuasaan.
2. Kerja kreatif
Maksud
dari kerja kreatif ini adalah segala bentuk tugas atau pekerjaan dalam berbagai
ilmu, seni dan sastra. Pada dasarnya kerja kreatif ini adalah memberikan segala
sesuatu yang baru, baik dalam satra, ilmu, dan seni dengan jenis dan macam yang
berbeda.[10]
3. Tingkat kreativitas
Ada beberapa tingkat
kreativitas, diantaranya:
a.
Kreativitas
ekspresionis
Kreativitas ekspresionis adalah
ungkapan bebas da mandiri yang di dalamnya tidak memiliki urgensi atau
kepentingan bagi kemahiran dan keaslian
b.
Kreativitas
produksi
Kreativitas produksi
adalah hasil-hasil produksi seni dan keilmuan yang diperoleh melalui usaha
mendisiplinkan kecenderungan untuk bermain bebas, dan menentukan
langkah-langkah untuk mencapai hasil yang sempurna.
c.
Kreativitas
inovatif
Kreativitas inovatif banyak diungkapkan oleh
para penemu yang memperlihatkan kejeniusan mereka dengan menggunakan
pengembangan keterampilan-keterampilan individu.
d.
Kreativitas
pembaharuan
Kreatifitas pembaharuan
ini berarti pengembangan dan prbaikan yang mencakup penggunaaan
keterampilan-keterampilan individu.
e.
Kreativitas
emanasi
Kreativitas emanasi
berarti menunjukkan prinsip baru atau aksioma-aksioma baru yang muncul dari
pendapat baru.[11]
Conny R. Semiawan mengemukakan
tentang temuan Treffinger, yaitu: Terdapat tiga fase kreativitas dalam tingkat
keberbakatan anak, yaitu secara umum:
1.
Kreativitas
tingkat I, pada kondisi ini ranah kognitif seorang meliputi kesadaran mengenai
suatu ide atau informasi, kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas sedangkan
ranah afektif meliputi kepekaan terhadap suatu masalah dan keterbukaan terhadap
pengalaman.
2.
Kreativitas
Tingkat Psikodelik II, pada kondisi ini ranah kognitif seseorang mencakup
perluasan berpikir, pengambilan risiko,
dan kesadaran terhadap tantangan, sementara itu ranah afektif meliputi
keterbukaan terhadap makna ganda, keingintahuan serta kepercayaan pada diri
sendiri
3.
Tingkat
Iluminasi III, pada tingkat ini ranah kognitif seseorang telah mencapai
perkembangan dan perwujudan hasil (product development),
sedangkan segi afektif meliputi keberanian untuk bertanggung jawab mengenai
hasil kreativitas, kepercayaan pada dirinya serta komitme untuk hidup
produktif.[12]
Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki,
Proses kreatif mengalir melalui lima tahap,
yaitu:
1)
Persiapan, yaitu
mendefinisikan masalah, tujuan, atau tantangan. Seseorang menjalani proses
ilmiah seperti memusatkan segala perhatiannya kepada masalah, merumuskan
masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi data yang relevan dengan masalah,
akhirnya seseorang mampu mengemukakan ide-ide yang relevan dengan penyelesaian
masalah yang dihadapinya.
2)
Inkubasi (masalah
“dierami”), yaitu mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran.
Seseorang menjalani proses riil yaitu proses penyusunan dan pengentasan kembali
ide-idenya. Pada fase ini, seseorang benar-benar melibatkan diri dan menghayati
masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga masalah-masalah ini ada dalam
penyelesaian yang tidak disadarinya.
3)
Iluminasi, yaitu
mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan bermunculan. Dalam tahap ini ada sesuatu
yang lepas dari nalar manusia, seseorang tiba-tiba memperoleh sesuatu inspirasi
sehubungan dengan masalah yang dihadapinya. Selama masa persiapan hingga
iluminasi, proses yang menonjol adalah proses berpikir divergen.
4)
Verifikasi, yaitu
memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah. Seseorang
mengerahkan segala kemampuannya untuk memikirkan, mengevaluasi dan menyusun
rencana penyelesaian secara kritis dan analisis. Pada tahap verifikasi terjadi
proses berpikir konvergen sebagai evaluasi secara kritis dalam penyesuaian
dengan realitas.
5)
Aplikasi, yaitu
mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut.[13]
4. Teori kreativitas
Salah
satu teori dalam kreativitas yang akan dibahas dalam kajian teori ini adalah teori
Fungsi Hemisphere sebagai kekhususan belahan otak. Secara umum para ahli
menyimpulkan bahwa otak kita memiliki dua sisi/kortikel (cortices) yang
berhubungan secara mengagumkan melalui jaringan serabut syaraf (Corpus
callosum). Secara khusus memiliki aktivitas mental/fungsi berbeda (Tabel 1).
Tabel 2.1.
Fungsi Belahan Otak Kiri dan Belahan Otak Kanan
Left Hemisphere
|
Right Hemisphere
|
- math,
history, language;
-verbal,
limit sensory input;
-
sequential, measurable;
- analytic;
-
comparative;
-
relational;
-
referential;
- linier;
- logical;
- digital;
- scientific, technological;
|
- self,
elaborates and increases variables, inventive;
- nonverbal
perception and expresivenness;
- spatial;
-
intuitive;
- holistic;
-
integrative;
-
nonreferential;
- Gestalt;
- Imagery;
- Better at depth perception, facial
recognition;
- Mystical humanistic;
|
Sumber: Clark, B, Growing Up Gifted 3thed, (Ohio:
Merrill Publishing Co., 1988), hal. 24.( dalam skripsi Dewi A. Sagitasari, hal
19)
Fungsi otak belahan kiri adalah
berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat alamiah, kritis, logis,
linier, teratur, sitematis, terorganisir, beraturan, dan sejenisnya. Adapun
fungsi otak belahan kanan adalah berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang
bersifat nonlinier, nonverbal, holistic, humanistic, kreatif, mencipta,
mendesain, bahkan mistik, dan sejenisnya.[14]
Singkatnya, otak belahan kiri mengarah kepada cara berpikir konvergen (convergent
thinking), sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara berpikir
menyebar (divergent thinking).[15]
Kemunculan kreativitas dipengaruhi
oleh koordinasi kedua hemisphere. Kekhususan kerja yang terjadi bukan
disebabkan jenis perintah yang berbeda, namun disebabkan karena cara memproses
yang berbeda. Justifikasi fungsi kerjanya juga tidak bersifat mutlak. Dengan
demikian apabila intuisi merupakan hasil kerja belahan otakkanan, maka proses
menganalisis pemahaman dilakukan oleh belahan otak kiri. Mihaly berpendapat
secara kognitif muncul bila seseorang menggunakan simbol tertentu sesuai dengan
ranah yang dikuasainya (relevan) misalnya musik, teknik, bisnis ataupun
matematik.[16]
c.
Pribadi
Kreatif
Pada orang kreatif kemampuan berpikir
divergen merupakan hal yang menonjol. Berpikir divergen adalah bentuk pemikiran
terbuka, yang menjajaki bermacam macam kemungkinan jawaban terhadap suatu
persoalan atau masalah. Secara universal, produk divergen yang dikaitkan dengan
kemampuan spesifik dari Guilford (dikutip oleh Dedi Supriyadi) yang melibatkan
lima proses kreatif berikut:
a)
Kelancaran (fluency)
adalah kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan .
b)
Keluwesan (fleksibility)
adalah kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan dan atau jalan
pemecahan terhadap suatu masalah.
c)
Keaslian (originalitas)
adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran
sendiri dan tidak klise.
d)
Penguraian (elaboration)
adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci.
e)
Perumusan kembali
(redefinisi) adalah kemampuan untuk mengkaji/menilik kembali suatu persoalan
melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.[17]
Orang kreatif juga memerlukan
kemampuan berpikir konvergen, yaitu kemampuan berpikir yang berfokus pada
tercapainya satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu persoalan atau
masalah. Hal ini diperlukan untuk memilih aspek masalah yang relevan dan
membuang yang tidak relevan (selective encoding), mengkreasi sistem
koheren dari informasi yang berbeda serta mengintegrasikan informasi baru
dengan yang telah diketahui sebelumnya. Melalui cara berpikir yang lancar dan
fleksibel, orang
kreatif mampu mengadaptasi hampir semua situasi agar tujuannya tercapai.
Menurut Utami Munandar, ciri-ciri afektif
orang yang kreatif meliputi rasa ingin tahu, merasa tertantang terhadap tugas
majemuk.[18]
Orang kreatif juga dianggap berani mengambil risiko dan dikritik, tidak mudah
putus asa, dan menghargai keindahan. Kelebihan lain yang dimiliki orang kreatif
adalah mereka mampu melihat masalah dengan pandangan berbeda, teguh dengan ide,
mampu memilah peluang untuk menfasilisasi maupun menunda keputusan sulit.
Mihally berpendapat karakteristik ini disebabkan mereka pada dasarnya memiliki
sistem syaraf lebih peka untuk ranah tertentu, sehingga keingintahuan merupakan
salah satu karakteristiknya. Kepekaan ini juga menyebabkan kemampuan memilah
antara imajinasi dan realitas.[19]
d.
Pengertian
Kreativitas Siswa
Dari uraian sebelumnya, dapat
dikemukan bahwa yang dimaksud kreativitas adalah suatu ekspresi tertinggi
dari keberbakatan yang ditunjukkan melalui aspek kognitif dengan tindakan dan
berpikir divergen maupun konvergen serta aspek afektif mengenai fungsi
perasaan/internalisasi nilai. Dalam memecahkan masalah, siswa yang
kreativitasnya tinggi akan cenderung menggunakan aspek berpikir divergen maupun
konvergen ketika mencari soluasi baru dan apabila akan mempersempit pilihan
ketika mencari jawaban. Sementara itu, aspek afektif ditunjukkan melalui sifat
imajinatif, rasa ingin tahu, independen, percaya diri, toleran terhadap
perbedaan situasi (mampu beradaptasi), senang pada kompleksitas (antusias),
konsisten dari satu situasi ke situasi lain, intuitif, dan mampu menunda
keputusan bila terjadi hambatan.
e.
Mengukur Kreativitas Siswa
Secara garis besar, ada dua
pendekatan utama untuk mengukur kreativitas seseorang, diantaranya adalah: (1)
Pendekatan kemampuan berpikir kreatif (kognitif) serta (2) Pendekatan melalui
kepribadian. Salah satu tes yang banyak digunakan diantaranya; tes yang
dilakukan Torrance (Test of Creative Thinking) yang melibatkan kemampuan
berpikir; atau Tes sindroma kepribadian, contohnya Alpha Biological
Inventory.[20]
Inventori kepribadian ditujukan untuk
mengetahui kecenderungan kepribadian seseorang. Kepribadian kreatif yang
dimaksud meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berpikir, dan
kebiasaan-kebiasaan berperilaku.[21]
Penilaian proses mental yang memunculkan solusi, ide, konsep, bentuk arstistik,
teori atau produk yang unik dan baru/orisinil tes dibuat dalam bentuk
figural/gambar atau verbal/ bahasa.
Contoh lain mengenai tes kreativitas
(khusus di konstruksi di Indonesia) adalah Skala Sikap Kreatif oleh Utami
Munandar.[22]
Penyusunan instrumen mempertimbangkan perilaku kreatif yang tidak hanya
memerlukan kemampuan berpikir kreatif (kognitif), namun juga sikap kreatif
(afektif). Sementara itu Guildford menyusun kemampuan spesifik produk divergen
dalam empat proses yang terkait dengan kreativitas (fluency, flexibility,
originality, dan elaboration) skoring ditentukan dengan
menggunakan Rating scale. Melalui cara ini keuntungan yang diperoleh
adalah mudah dipahami, tidak mahal, dan dapat dilaksanakan dalam waktu yang
singkat dan jumlah yang besar. Apabila konstruk tes baik, reliabilitas tes
cukup tinggi.
Mengatasi keterbatasan dari tes
kertas dan pensil untuk mengukur kreativitas, dirancang beberapa pendekatan
alternatif:
i.
Daftar
periksa (check list) dan kuesioner, alat ini disusun berdasarkan
penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif.
ii.
Daftar
pengalaman, teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang dimasa lalu.
Beberapa studi menemukan korelasi yang tinggi antara “laporan diri” dan
prestasi kreatif dimasa depan. Format yang paling sederhana meminta seseorang
menulis autobiografi singkat, yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan
kualitas prilaku kreatif.[23]
Kreativitas yang dimaksudkan pada
penelitian ini adalah terbatas pada kreatifitas dalam proses belajar siswa,
dimana akan diperhatikan dan diukur tingkat imajinatif, kemampuan memunculkan
gagasan baru cara baru yang lebih inovatif, kemudian menciptakan ide yang
berbeda yang penuh daya guna, bisa mencari alternatif dengan pandangan yang
berbeda atau mampu berpikir divergen, kekonsistenan, keantusiasan, dan
mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
Pada penelitian ini subjek
penelitiannya siswa SMA. Oleh karena itu, digunakan pendekatan kepribadian
berdasarkan karakteristik siswa SMA. Instrument berupa daftar periksa (check
list) dan kuesioner yang disusun berdasarkan teori-teori kreativitas dan
indikator-indikator tes kreativitas penelitian yang disesuaikan dengan karakteristik khusus
yang dimiliki siswa SMA
2. Gaya Belajar
a. Pengertian Gaya Belajar
Menurut
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari
bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.[24] Menurut
Nasution gaya belajar atau “learning style” siswa yaitu cara siswa
bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses
belajar.[25]
Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat
digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Mereka berkesimpulan, bahwa
1) Tiap murid belajar menurut cara sendiri
yang kita sebut gaya belajar. Juga guru mempunyai gaya mengajar masing-masing.
2) Kita dapat menemukan gaya belajar itu
dengan instrumen tertentu.
3) Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya
belajar mempertinggi efektivitas belajar.
Dari pengertian-pengertian di atas,
disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih siswa untuk
bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian
mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.
b.
Gaya Belajar VAK (Visual, Auditorial,
Kinestetik)
Banyak ahli yang menggunakan istilah
berbeda-beda dalam memahami gaya belajar ini. Tetapi secara umum, menurut Bobby
DePotter terdapat dua benang merah yang disepakati tentang gaya belajar
ini. Pertama adalah cara seseorang menyerap informasi dengan mudah,
yang disebut sebagai modalitas, dan kedua adalah cara orang mengolah dan
mengatur informasi tersebut. Modalitas belajar adalah cara kita
menyerap informasi melalui indera yang kita miliki. Masing-masing orang
mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menyerap informasi. Terdapat
tiga modalitas belajar ini, yaitu apa yang sering disingkat dengan VAK: Visual,
Auditory, Kinestethic.[26]
Adapun
ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik gaya belajar seperti
disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki, adalah sebagai berikut:
1)
Gaya Belajar
Visual (Visual learners)
Individu yang memiliki kemampuan belajar
visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
a)
rapi dan teratur,
b)
berbicara dengan
cepat,
c)
mampu membuat
rencana dan mengatur jangka panjang dengan baik,
d)
teliti dan rinci,
e)
mementingkan
penampilan,
f)
lebih mudah
mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar,
g)
mengingat sesuatu
berdasarkan asosiasi visual,
h)
memiliki
kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik,
i)
biasanya tidak
mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar,
j)
sulit menerima
instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara
tertulis),
k)
merupakan pembaca
yang cepat dan tekun,
l)
lebih suka
membaca daripada dibacakan,
m)
dalam memberikan
respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan
penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan,
n)
jika sedang
berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama
berbicara,
o)
lupa menyampaikan
pesan verbal kepada orang lain,
p)
sering menjawab
pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak”,
q)
lebih suka mendemonstrasikan
sesuatu daripada berpidato/berceramah,
r)
lebih tertarik
pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik,
s)
sering kali
menegtahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata
kata,
t)
kadang-kadang
kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.
2)
Gaya Belajar
Auditorial (Auditory Learners)
Individu yang memiliki kemampuan belajar
auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
a)
sering berbicara
sendiri ketika sedang bekerja (belajar),
b)
mudah terganggu
oleh keributan atau suara berisik,
c)
menggerakan bibir
dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca,
d)
lebih senang
mendengarkan (dibacakan) daripada membaca,
e)
jika membaca maka
lebih senang membaca dengan suara keras,
f)
dapat mengulangi
atau menirukan nada, irama dan warna suara,
g)
mengalami
kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita,
h)
berbicara dalam
irama yang terpola dengan baik,
i)
berbicara dengan
sangat fasih,
j)
lebih menyukai
seni musik dibandingkan seni yang lainnya,
k)
belajar dengan
mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat,
l)
senang berbicara,
berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar,
m)
mengalami
kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi,
n)
lebih pandai
mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya,
o)
lebih suka humor
atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik.
3)
Gaya Belajar
Kinestetik (Tactual Learners)
Individu
yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri
perilaku sebagai berikut:
a)
berbicara dengan
perlahan,
b)
menanggapi
perhatian fisik,
c)
menyentuh orang
lain untuk mendapatkan perhatian mereka,
d)
berdiri dekat
ketika sedang berbicara dengan orang lain,
e)
banyak gerak
fisik,
f)
memiliki
perkembangan awal otot-otot yang besar,
g)
belajar melalui
praktek langsung atau manipulasi,
h)
menghafalkan
sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung,
i)
menggunakan jari
untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca,
j)
banyak menggunakan
bahasa tubuh (non verbal),
k)
tidak dapat duduk
diam di suatu tempat untuk waktu yang lama,
l)
sulit membaca
peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut,
m)
menggunakan
kata-kata yang mengandung aksi,
n)
pada umumnya
tulisannya jelek,
o)
menyukai kegiatan
atau permainan yang menyibukkan (secara fisik),
p)
ingin melakukan
segala sesuatu.[27]
Dari beberapa uraian diatas dapat pula dijelaskan secara lebih ringan
tentang gaya belajar seseorang, dimana orang bergaya belajar visual akan sangat mudah
melihat atau membayangkan apa yang dibicarakan. Mereka sering melihat gambar
yang berhubungan dengan kata atau perasaan dan mereka akan mengerti suatu
informasi bila mereka melihat kejadian, melihat informasi itu tertulis atau
dalam bentuk gambar.
Orang bergaya belajar auditori
mengekspresikan diri mereka melalui suara, baik itu melalui komunikasi internal
dengan diri sendiri ataupun eksternal dengan orang lain. Bila hendak menuliskan
sesuatu, orang ini akan mendengar suara dari apa yang akan dia tulis. Bila ia
harus bertemu dan akan berbicara dengan seseorang yang baru ia kenal, ia akan
melakukan latihan mental mengenai apa saja yang akan ia katakan dan bagaimana
cara mengatakannya.
Orang bergaya belajar kinestetik sangat peka terhadap perasaan atau
emosi dan pada sensasi sentuhan dan gerakan. Bila diminta untuk menuliskan
suatu kata, orang ini akan merasakan dulu kata tersebut baru setelah itu
menuliskannya. Orang bergaya belajar kinestetik akan belajar maksimal dalam
suatu kondisi dimana banyak keterlibatan fisik dan gerakan.[28]
Dalam penelitian ini gaya belajar yang dimaksudkan adalah kecendrungan
masing masing individu untuk menggunakan perangsang atau alat indra tertentu
untuk menyerap informasi dalam belajar, dimana disini dikhususkan pada indra
penglihatan ( visual), indra pendengaran ( auditorial), dan tindakan atau gerak
dalam gaya belajar disebut juga sebagai kinestetik.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Hilgard dan Bower yang
dikutip oleh M. Ngalim Purwanto mengemukakan pengertian belajar sebagai
berikut:
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang
berulangulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat
dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan
keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dll.).[29]
Menurut Witherington yang dikutip Nana
Syaodih Sukamadinata, belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru, yang berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.[30]
Sedangkan Slameto menyatakan, Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya.[31]
Dari pendapat ketiga ahli tersebut,
belajar dapat diartikan sebagai proses yang menghasilkan perubahan yang
bersifat menetap dan menyeluruh sebagai hasil dari adanya respon individu
terhadap situasi tertentu, namun juga berwujud keterampilan, kecakapan, sikap,
tingkah laku, pola piker, kepribadian, dan lain-lain.
b.
Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku. Sebuah proses maka sudah barang tentu harus ada yang
diproses dan akhir dari proses. Akhir dari proses inilah yang disebut dengan
hasil belajar. Hasil belajar ini terdiri dari perubahan tingkah laku tersebut.
Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution tentang hasil
belajar yaitu:
“ Suatu
perubahan yang terjadi pada individu yang belajar bukan saja perubahan mengenai
pengetahuan tetapi juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,
penguasaan dan penghargaan dalam diri pribadi individu yang belajar”.[32]
Sedangkan Arikunto mendefenisikan
bahwa hasil belajar itu merupakan hasil
akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam
bentuk perbuatan yang dapat diamati atau diukur.[33]
Jadi Hasil belajar siswa adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan
suatu proses belajar matematika selama kurun waktu tertentu dimana hasil
belajar tersebut bisa diukur melalui suatu tes.
Hasil
belajar juga dapat dikatakan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru
dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk
keseluruhan kelas maupun individu.
Hasil
belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan
kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang
masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.[34]
Secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil belajar yaitu :
1. Faktor
Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor
yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam
individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah
faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan,
tanggapan dan lain sebagainya.
2. Faktor
Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian
tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif.
Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang
mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan,
dan pembentukan sikap.
Hasil
belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang
dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa.
Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.[35]
B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan atas rumusan masalah dan
kajian teori yang telah dikemukakan, maka diajukan hipotesis yaitu :
1.
Terdapat
pengaruh signifikan kreativitas dan gaya
belajar terhadap hasil belajar matematika siswa X SMAN 1 Banuhampu.
2.
Terdapat
pengaruh signifikan kreativitas terhadap
hasil belajar matematika siswa X SMAN 1 Banuhampu.
3.
Terdapat
pengaruh signifikan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa
X SMAN 1 Banuhampu .
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis
penelitian korelasional dan expost facto dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.[36]
Di katakan expost facto karena di dalam penelitian ini tidak
dibuat perlakuan pada objek penelitian melainkan hanya mengungkapkan
fakta pada diri responden. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kuantitatif, artinya semua informasi atau data penelitian
diwujudkan dalam bentuk angka yang dianalisis dengan statistik dan hasilnya
dideskripsikan.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X SMAN 1 Banuhampu pada semester genap tahun ajaran 2011/ 2012
yang terdiri dari 7 kelas.
Tabel 3.1.
Jumlah Siswa
Kelas X SMAN 1 Banuhampu tahun pelajaran
2011/2012.
No
|
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
1
|
X1
|
32 orang
|
2
|
X2
|
34 orang
|
3
|
X3
|
33 orang
|
4
|
X4
|
34 orang
|
5
|
X5
|
30 orang
|
6
|
X6
|
39 orang
|
7
|
X7
|
35 orang
|
Jumlah Total
|
237 orang
|
2.
Sampel
Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi
untuk dijadikan sebagai contoh dengan harapan contoh yang diambil dari populasi
tersebut dapat mewakili atau representatif terhadap populasinya. Mengingat
jumlah populasi yang sangat besar dan terbatasnya kemampuan peneliti maka penelitian
ini hanya dilakukan terhadap sampel yang mewakili populasi.
Maka dalam penentuan sampel dilakukan
langkah-langkah berikut:
a.
Mengumpulkan
data nilai matematika siswa, dalam hal ini data nilai yang didapat oleh penulis
adalah data nilai matematika semester ganjil siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu
tahun ajaran 2011/2012.
b.
Melakukan
uji normalitas untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau tidak.
Uji yang dilakukan adalah Uji Lilieford. Sebelumnya diajukan hipotesis terlebih
dahulu.
H0 = Populasi berdistribusi normal
H1 = Populasi tidak berdistribusi normal
Uji Lilieford dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1)
Data X1, X2, X3,..., Xn
diperoleh dan disusun dari data yang terkecil sampai yang terbesar
2)
Tentukan harga
(nilai rata-rata) dan s (standar deviasi)
3)
Tentukan harga Zi dengan rumus : Zi
=
4)
Tentukan harga
P(Zi) dengan cara mengkonsultasikan harga Zi dengan tabel
Z
5)
Tentukan S(Zi)
= nilai Zi yang kecil atau
sama dengan dirinya
6)
Tentukan harga
mutlak dari P(Zi) - S(Zi)
7)
Tentukan nilai
yang tertinggi dari nilai mutlak P(Zi) - S(Zi) = disebut
dengan Lo
8)
Uji harga Lo
dengan tabel Liliefors dengan taraf nyata (
tertentu : 0,01 atau 0,05
9)
Karena Ltab
Lo, maka disimpulkan data yang ada berdistribusi
normal pada taraf nyata
Pada
penelitian ini pengujian juga dilakukan dengan menggunakan Software
Minitab. Data
berdistribusi normal apabila pancaran titik-titiknya mendekati garis lurus,
atau jika Pvalue
= 0,05
Setelah dilakukan uji normalitas terhadap populasi maka
diperoleh perhitungan data sebagai berikut :
Tabel 3.2:
Interpretasi Normalitas
Populasi Uji Liliefors dan dengan software
minitab
Kelas
|
X1
|
X2
|
X3
|
X4
|
X5
|
X6
|
X7
|
Ltabel
|
0,152
|
0,153
|
0,150
|
0,152
|
0,161
|
0,144
|
0,154
|
L0
|
0,107
|
0,121
|
0,103
|
0,083
|
0,084
|
0,076
|
0,140
|
Pvalue
|
0,534
|
0,053
|
0,111
|
0,618
|
0,869
|
0,221
|
0,067
|
Dari tabel di atas
terlihat bahwa semua L0 ≤ Ltab
dan Pvaluenya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima
yaitu populasi berdistribusi normal.
c.
uji homogenitas variansi.
Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah
populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak.
Hipotesis yang diajukan :
H0 : Data
dari populasi mempunyai variansi homogen.
H1 : Data
dari populasi
memepunyai variansi yang tidak homogen.
Untuk menentukan uji homogenitas, digunakan uji Bartlett yang langkah– langkahnya:
i.
Menghitung variansi masing – masing kelompok.
ii.
Menghitung variansi gabungan dari pupolasi menggunakan
rumus:
S2
iii. Menghitung harga satuan
bartlett, dengan rumus:
B =
iv. Menghitung harga satuan chi-kuadrat (X2) dengan rumus:
X2
=
v. Membandingkan X2
hitung dengan X2 tabel dengan kriteria bila X2 hitung < X2 tabel untuk taraf
maka populasi homogen.[38]
Untuk
lebih mengakuratkan uji data populasi dilakukan uji Barlett dengan bantuan Software
Minitab. Data
populasi homogen apabila Pvalue
= 0,05.
Setelah dilakukan perhitungan dengan Uji
Barlett diperoleh X2hitung = 7,886. Jika α = 0,05, dari daftar
chi-kuadrat dengan dk = 6 didapat
= 12,592,
sehingga dapat disimpulakan
bahwa populasi mempunyai variansi homogen karena
<
.
Berdasarkan
uji Homogenitas yang dilakukan dengan Software Minitab didapat Pvalue = 0,340, nila ini lebih besar dari
taraf nyata yang ditetapkan yaitu
= 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi homogen.
d.
Melakukan uji kesamaan rata-rata
Adapun
langkah-langkah dalam menguji kesamaan rata-rata populasi adalah:
1)
Tuliskan hipotesis statistik yang diajukan
H0:
H1: sekurang-kurangnya
dua rata-rata tidak sama
2)
Tentukan taraf nyatanya (α)
3)
Tentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus:
4)
Tentukan perhitungan melalui tabel berikut
Tabel 3.4. Data
hasil belajar siswa kelas populasi
|
Populasi
|
|
|||
1
|
2
|
3
|
K
|
||
X11
X12
…
X1n
|
X21
X22
…
X2n
|
X31
X32
…
X3n
|
Xk1
Xk2
…
Xkn
|
|
|
Total
|
T1
|
T2
|
T3
|
Tk
|
T…
|
Nilai
Tengah
|
X1
|
X2
|
X3
|
Xk
|
X…
|
Perhitungannya dengan menggunakan rumus:
Jumlah Kuadrat Total (JKT)
Jumlah Kuadrat untuk nilai tengah Kolom (JKK)
Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
JKT
JKK
Masukkan data hasil perhitungan ke dalam tabel
berikut:
Tabel 3.5. Analisis Ragam Bagi
Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi
Sumber
Keragaman
|
Jumlah
Kuadrat
(JK)
|
Derajat
Bebas (dk)
|
Kuadrat
Tengah
|
Fhitung
|
Nilai
tengah kolom
|
JKK
|
k-1
|
|
|
Galat
|
JKG
|
N-k
|
|
|
Total
|
JKT
|
N-k
|
|
|
5)
Keputusannya:
H0 diterima jika
H0 ditolak jika
Analisis variansi dilakukan dengan cara teknik anava satu
arah dengan
.
Analisis
variansi dilakukan dengan cara teknik anava satu arah dengan f < f α
(k – 1, N – k). Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh hasilnya yaitu
. Berdasarkan tabel, diperoleh F0.05(6,228) =
2,10. Jadi, karena nilai Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan
bahwa H0
diterima artinya populasi memiliki kesamaan rata-rata
Untuk
lebih mengakuratkan perhitungan, uji kesamaan rata-rata dilakukan dengan
menggunakan Software Minitab. Populasi memiliki kesamaan rata-rata jika Pvalue
= 0,05.
Berdasarkan
analisis data dengan Software Minitab dapat
dilihat bahwa Pvalue = 0,906, nilai ini lebih besar dari taraf nyata yaitu
= 0,05. Jadi dapat disimpulkan populasi memiliki kesamaan rata-rata.
e.
Berdasarkan
perhitungan di atas diperoleh populasi berdistribusi normal, homogen serta
memiliki kesamaan rata-rata, maka pengambilan sampel dapat dilakukan secara
acak (ramdom sampling). Jika populasinya sudah homogen, besarnya sampel
tidak mempengaruhi taraf representatifnya sampel. Untuk populasi yang demikian
ini sampel dalam jumlah kecil saja sudah mencukupi.[40]
Mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti, maka peneliti hanya mengambil
sampel sebanyak 2 lokal atau sekitar 60 orang siswa. Adapun langkah dalam
pengambilan sampel yang penulis lakukan dibagian ini adalah menulis nama kelas
pada potongan kertas kecil, kemudian kertas tersebut digulung dan memasukkan ke
dalam kaleng kemudian penulis undi. Kertas yang pertama dan kedua terambil
adalah kelas X3.dan X4, yang mana kelas tersebut peneliti
jadikan sebagai sampel.
C. Variabel, Data dan Sumber data penelitian
1.Variabel
Variabel penelitian merupakan suatu
objek penelitian yang menjadi titik fokus perhatian peneliti dalam meneliti.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
a.
Variabel
bebas : Kreativitas dan gaya belajar siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu
b.
Variabel
terikat : Hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu
2. Data
a. Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah data skor angket kreativitas
dan gaya belajar, data hasil belajar siswa yang didapat dari tes.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui dokumen – dokumen
atau data yang diarsipkan.[41] Dalam penelitian ini adalah nilai ulangan harian I matematika
siswa yang berada pada kelas X SMAN 1 Banuhampu semester genap sebelum dilakukan penelitian
.
3. Sumber data
Sumber data dalam
penelitian ini adalah:
a.
Data primer bersumber dari
kelas X SMAN 1 Banuhampu yang menjadi
sampel pada penelitian ini.
b.
Data sekunder bersumber
dari Kantor Tata Usaha dan Guru bidang studi SMAN 1 Banuhampu.
D. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi atas tiga
tahap, yaitu:
1.
Tahap Persiapan
a) Menentukan jadwal penelitian
b) Mempersiapkan instrumen angket yang akan
digunakan untuk penelitian, berupa angket kreativitas dan gaya belajar
c) Mempersiapkan soal tes hasil belajar
d) Melakukan validasi isi terhadap angket dan soal
tes hasil belajar matematika
2.
Tahap Pelaksanaan
a) Memberikan uji coba angket di kelas X6 dan X7 dengan jumlah siswa yang
mengikuti uji coba angket sebanyak 63 orang
b) Memberikan uji coba tes hasil belajar dikelas X6
dan X7 dengan jumlah peserta ujian uji coba sebanyak 36 orang
c) Menganalisis hasil angket uji coba dan soal tes
uji coba
d) Memberikan angket kreativitas dan gaya belajar
kelokal sampel yaitu kelas X3 dan X4 dengan jumlah siswa
seluruhnya yaitu sebanyak 60 orang
e) Memberikan soal tes hasil belajar untuk lokal
sampel yaitu kelas X3 dan X4 , dengan jumlah siswa
sebanyak 60 orang.
3.
Tahap Penyelesaian
Pada tahap penyelesaian, peneliti mengolah data
yang didapat selama tahap pelaksanaan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Kuesioner
Metode
ini merupakan cara pengumpulan data dalam bentuk sejumlah pertanyaan atau
pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan kepribadiannya atau dalam hal-hal yang diketahuinya.[42]
2. Metode Tes
Tes
digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa selama kurun waktu tertentu.
F.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian atau instrumen
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis
dan dipermudah olehnya.[43]
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Angket yang
digunakan adalah jenis angket tertutup yaitu, suatu angket yang
pertanyaan/pernyataan dan alternatif jawabannya telah ditentukan sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang diinginkan.
1) Angket Kreativitas
Angket kreativitas digunakan untuk
mengetahui tingkat kreativitas setiap siswa dalam pembelajaran matematika.
Dimensi-dimensi yang digunakan meliputi dimensi kognitif, baik konvergen maupun
divergen, dan dimensi afektif yaitu kecenderungan bersikap (fungsi perasaan).
Angket kreativitas siswa terdiri atas beberapa
pernyataan. Butir angket dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu pernyataan yang
bersifat positif dan pernyataan yang bersifat negatif. Pernyataan positif yaitu
pernyataan yang mendukung gagasan kreatif, sedangkan pernyataan negatif yaitu
pernyataan yang tidak mendukung gagasan kreatif. Hal ini untuk menghindari
jawaban yang asal memilih. Penyekoran untuk setiap butir berdasarkan pilihan
dan sifat butir sebagai berikut:
Tabel 3.6.
Penyekoran butir angket bersifat positif dan negatif
Pilihan
|
Selalu
|
sering
|
Kadang-kadang
|
Jarang
|
Tidak pernah
|
Skor positif
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Skor negatif
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Angket kreativitas disusun dengan
mengikuti cara-cara penyusunan tes kreativitas dengan penilaian yang melibatkan
keterampilan berpikir dan kecenderungan bertindak. Adapun indikator-indikator
variabel kreativitas dapat di lihat pada kisi-kisi instrumen kreativitas
sebagai berikut
Tabel 3.8. Kisi-kisi
Instrumen Kreativitas
DIMENSI
|
INDIKATOR
|
No.Butir
|
1. Kecenderungan
Berpikir secara
Konvergen
dan
Divergen
|
a.
Berpikir secara
Konvergen (fokus jelas)
b.
Berpikir secara
Divergen (Mencari alternatif dengan pandangan yang berbeda)
|
3,6, 1,24
2,5,9,4,7, 8,10
|
2. Kecenderungan
bersikap
(fungsi
perasaan)
|
a.
Imajinatif
b.
Rasa ingin tahu
c.
Teguh dengan
ide/independent
d.
Percaya diri
e.
Antusias
f.
Intuitif
g.
Konsisten
h.
Mampu menyimpan
asalah
|
25,15
18,21
11,16,
12,23,
13,19,
26,20,
22,14,
17,27
|
Total
|
|
27
|
Keterangan:
Cetak miring = butir negative
2) Angket Gaya Belajar
Data mengenai gaya belajar diperoleh
melalui angket skala likert. Aspek-aspek yang diukur meliputi gaya belajar
visual, auditorial dan kinestetik. Angket gaya belajar terdiri atas beberapa
pernyataan. Butir angket dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu pernyataan yang
bersifat positif dan pernyataan yang bersifat negatif. Penyekoran untuk setiap
butir berdasarkan pilihan dan sifat butir sama dengan angket kreativitas.
Adapun indikator- indikator variabel gaya belajar dapat dilihat pada kisi-kisi
instrumen kreativitas sebagai berikut:
Tabel 3.9.
Kisi-kisi instrumen Gaya Belajar
DIMENSI
|
INDIKATOR
|
No.Butir
|
Gaya
Belajar
Visual
|
a.
Belajar sesuatu
dengan asosiasi visual
b.
Rapi dan
teratur
c.
Mengerti dengan
baik mengenai posisi, bentuk, angka, dan warna
d.
Sulit menerima
instruksi verbal
|
5,7,8,
6,10,1
3,4
2,9
|
Gaya
Belajar
Auditori
|
a.
Belajar dengan
cara mendengar
b.
Lemah terhadap aktivitas Visual
c.
Memiliki
kepekaan terhadap musik
d.
Baik dalam
aktivitas lisan
|
15,20,18
16,11
31,13,14
12,19,17
|
Gaya
Belajar
Kinestetik
|
a.
Belajar melalui
aktivitas fisik
b.
Selalu
berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
c.
Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh
d.
Menyukai kegiatan coba-coba
|
27,22,24
21,25,30
29,28
23,26
|
Total
|
|
31
|
Keterangan:
Cetak miring = butir negative
2) Tes hasil belajar
Dalam hal ini dilakukan
tes hasil belajar terhadap materi pelajaran tertentu pada kelas X SMAN 1
Banuhampu semester genap, dimana soalnya disesuaikan dengan indikator-indikator
yang ada pada materi pelajaran matematika kelas X SMAN 1 Banuhampu.
G. Metode analisis instrument
1. Analisis instrument angket
a.
Validitas Instrumen angket
Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid atau sahih memiliki validitas tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Validitas yang diperlukan untuk ketiga
instrumen adalah validitas isi yang diperoleh melalui expert judgement yakni
dosen pembimbing dan orang lain yang dianggap ahli.
Untuk menguji tiap butir pada
instrumen dikatakan valid atau tidak maka dilakukan pengujian daya beda butir
yaitu analisis butir dari kesejajaran butir dengan skor total. Analisis yang
digunakan untuk menguji validitas butir angket adalah korelasi product moment
dari Karl Pearson.[44]
Penghitungan nilai korelasi dibantu dengan SPSS 16.
b.
Reliabilitas Instrumen angket
Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel,
jika pengukurannnya konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas
instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen
sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran
dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok subjek yang homogen diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek
yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.
Uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS 16. [45]
Berdasarkan hasil pengujian
reliabilitas dengan program SPSS 16 untuk angket kreativitas diketahui nilai
koefisien alpha sebesar 0,805 , dan nilai tabel r adalah antara 0.250 dan
0,273 pada taraf α = 5% dan db = n-2
.Dengan demikian nilai r hitung = 0,805 lebih besar dari nilai tabel
r atau 0,805 > 0,273 , dan untuk
angket gaya belajar diketahui nilai koefisien alpha sebesar 0,839, dan nilai tabel r adalah antara 0.250
dan 0,273 pada taraf α = 5% dan db = n-2
.Dengan demikian nilai r hitung = 0,839 lebih besar dari nilai tabel
r atau 0,839 > 0,273. Ini artinya instrument angket kreativitas dan gaya
belajar dinyatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.
2. Analisis Soal Tes
Sebelum dilakukan uji coba untuk
analisis butir soal , dilakukan validasi secara teoritik / isi.
Analisis terhadap soal digunakan untuk
mengetahui mutu soal tes yang telah dibuat dengan cara mengujikan soal tersebut
terlebih dahulu. Uji coba instrumen ini dilakukan pada kelompok siswa yang
bukan termasuk sampel tetapi masih dalam satu populasi. Setelah dilakukan uji
coba, maka hasil uji coba dianalisis.
Adapun hal-hal yang dianalisis dari
hasil uji coba instrumen adalah sebagai berikut.
1. Validitas
Rumus yang digunakan untuk mengetahui
validitas item adalah rumus Korelasi Product Moment dengan angka kasar sebagai
berikut
Keterangan:
rXY = Koefisisen korelasi antara variabel x
dan variabel y, dua variabel yang dikorelasikan
X = Skor item ke i
Y = Skor total
N = Banyaknya siswa[46]
Kriteria kualitas
item soal adalah sebagai berikut:
0,800 – 1,00 : validitas sangat tinggi
0,600 – 0,800 : validitas tinggi
0,400 – 0,600 : validitas cukup
0,200 – 0,400 : validitas rendah
0,00 – 0,200 : validitas sangat rendah[47]
Setelah dilakukan pengujian pada soal uji coba, nilai r yang
didapat dikonsultasikan ke tabel harga kritik r product moment sehingga dapat diketahui valid tidaknya item
tersebut. Pada taraf kepercayaan 5% dan n-2 = 34, didapat rtabel= 0,3291. Jika harga rhitung
lebih kecil dari harga rtabel, maka item soal tersebut tidak valid.
Begitu juga sebaliknya.Selain itu dilihat pula kriteria kevalidan setiap item.[48]
Dari hasil perhitungan didapat kesimpulan sebagaimana terdapat dalam tabel
berikut:
Tabel 3.10.
Interprestasi validitas tes uji coba.
No
|
rhit
|
kesimpulan
|
kriteria
|
No
|
rhit
|
kesimpulan
|
Criteria
|
1
|
0.42
|
valid
|
cukup
|
16
|
0.70
|
valid
|
Tinggi
|
2
|
0.78
|
valid
|
tinggi
|
17
|
0.28
|
tidak valid
|
Rendah
|
3
|
0.58
|
valid
|
cukup
|
18
|
0.84
|
valid
|
Sangat Tinggi
|
4
|
0.52
|
valid
|
cukup
|
19
|
0.43
|
valid
|
Cukup
|
5
|
0.74
|
valid
|
tinggi
|
20
|
0.8
|
valid
|
sangat tinggi
|
6
|
0.77
|
valid
|
tinggi
|
21
|
0.31
|
tidak valid
|
Rendah
|
7
|
0.75
|
valid
|
tinggi
|
22
|
0.33
|
valid
|
Rendah
|
8
|
0.60
|
valid
|
tinggi
|
23
|
0.43
|
valid
|
Cukup
|
9
|
0.68
|
valid
|
tinggi
|
24
|
0.65
|
valid
|
Tinggi
|
10
|
0.62
|
valid
|
tinggi
|
25
|
0.4
|
valid
|
Rendah
|
11
|
0.77
|
valid
|
tinggi
|
26
|
0.92
|
valid
|
sangat tinggi
|
12
|
0.28
|
tidak valid
|
rendah
|
27
|
0.3
|
tidak valid
|
Rendah
|
13
|
0.24
|
tidak valid
|
rendah
|
28
|
0.82
|
valid
|
sangat tinggi
|
No
|
rhit
|
kesimpulan
|
kriteria
|
No
|
rhit
|
kesimpulan
|
Criteria
|
14
|
0.47
|
valid
|
cukup
|
29
|
0.39
|
valid
|
Rendah
|
15
|
-0.1
|
tidak valid
|
sangat rendah
|
30
|
0.65
|
valid
|
Tinggi
|
2. Reliabilitas
Seperangkat tes dikatakan reliabel
apabila tes tersebut dapat memberikan hasil tetap/ajeg, artinya jika tes
tersebut diadakan pengukuran ulang pada kelas yang sama pada lain waktu maka
hasilnya akan tetap/ajeg atau relatif sama.
Untuk menentukan reabilitas tes
digunakan rumus KR-20,
yaitu:
dimana :
r11 = nilai reliabelitas
k =
jumlah item
p =
proporsi peserta didik yang menjawab
betul
q =
1- p
S =
standar deviasi dari tes
= jumlah perkalian p
dan q
Nilai r11 yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan r pada tabel,
jika r11 > rtabel maka tes
tersebut reliabel dengan taraf signifikan 5%.[49]
Setelah
dilakukan analisis ternyata diperoleh bahwa r11 = 0,876 dan rtabel
dengan taraf signifikan 5% dan n = 36 adalah 0,302. Diperoleh bahwa r11
> rtabel, sehingga soal tes uji coba reliabel.
3.
Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah atau terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang
siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat
untuk mencoba lagi.[50]
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal digunakan rumus:
Keterangan
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang
menjawab soal dengan benar
JS : jumlah seluruh peserta
tes[51]
Indeks kesukaran
diklasifikasikan sebagai berikut.
Soal dengan 0,10 < P
< 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan 0,30 ≤ P < 0,70 adalah soal sedang
Berdasarkan analisis yang dilakukan
terhadap hasil tes uji coba, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.12. Interprestasi Indek Kesukaran Tes
No
|
P
|
KET
|
No
|
P
|
KET
|
No
|
P
|
KET
|
1
|
0.83
|
mudah
|
11
|
0.47
|
sedang
|
21
|
0.42
|
sedang
|
2
|
0.69
|
sedang
|
12
|
0.42
|
sedang
|
22
|
0.58
|
sedang
|
3
|
0.56
|
sedang
|
13
|
0.5
|
sedang
|
23
|
0.47
|
sedang
|
4
|
0.44
|
sedang
|
14
|
0.78
|
mudah
|
24
|
0.47
|
sedang
|
5
|
0.56
|
sedang
|
15
|
0.56
|
sedang
|
25
|
0.58
|
sedang
|
6
|
0.86
|
mudah
|
16
|
0.31
|
sukar
|
26
|
0.25
|
sedang
|
7
|
0.92
|
mudah
|
17
|
0.42
|
sedang
|
27
|
0.58
|
sukar
|
8
|
0.81
|
mudah
|
18
|
0.31
|
sukar
|
28
|
0.47
|
sedang
|
9
|
0.64
|
sedang
|
19
|
0.5
|
sedang
|
29
|
0.36
|
sukar
|
10
|
0.64
|
sedang
|
20
|
0.44
|
sedang
|
30
|
0.28
|
sukar
|
4.
Daya Pembeda
Daya
pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang
pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
Rumus yang digunakan dalam menentukan daya pembeda
soal adalah:
Keterangan:
D : daya pembeda
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab
soal
dengan benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
soal
dengan benar
PA :
proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar
PB : proporsi peserta kelompok bawah
yang menjawab soal
dengan benar[53]
Kriteria
daya pembeda:
0,00 – 0,20 : jelek
0,20 – 0,40 : cukup
0,40 – 0,70 : baik
0,70 – 1,00 : sangat baik
D yang negative
(-) : semuanya tidak baik, sebaiknya
semua
Berdasarkan analisis yang dilakukan
terhadap hasil tes uji coba, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.11.Interprestasi Daya Pembeda Tes
No
|
D
|
KET
|
No
|
D
|
KET
|
No
|
D
|
KET
|
1
|
0,33
|
cukup
|
11
|
0.28
|
cukup
|
21
|
0.5
|
Baik
|
2
|
0.61
|
baik
|
12
|
-0.2
|
sangat jelek
|
22
|
0.5
|
Baik
|
3
|
0.67
|
baik
|
13
|
0.22
|
cukup
|
23
|
0.5
|
Baik
|
4
|
0.56
|
baik
|
14
|
0.22
|
cukup
|
24
|
0.28
|
Cukup
|
5
|
0.44
|
baik
|
15
|
0.56
|
baik
|
25
|
0.5
|
Baik
|
6
|
0.17
|
jelek
|
16
|
0.39
|
cukup
|
26
|
0.06
|
jelek
|
7
|
0.17
|
jelek
|
17
|
0.39
|
cukup
|
27
|
0.28
|
Cukup
|
8
|
0.39
|
cukup
|
18
|
0.06
|
jelek
|
28
|
0.5
|
Baik
|
9
|
0.39
|
cukup
|
19
|
0.44
|
baik
|
29
|
-0.28
|
sangat jelek
|
10
|
0.39
|
cukup
|
20
|
0.33
|
cukup
|
30
|
0.33
|
Cukup
|
H.
Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
Dalam
penelitian ini analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah:
1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik
yang mempunyai tugas mengorganisasi dan menganalisis data angka agar dapat
memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu keadaan
sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu.[55]
Statistik deskriptif ini juga merupakan statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.
Untuk memberikan gambaran mengenai
hasil pengukuran terhadap ketiga variabel, yakni kreativitas, gaya belajar, dan
prestasi belajar siswa disajikan melalui analisis deskriptif. Besaran statistik
deskriptif antara lain rata-rata (mean), nilai tengah (median),
frekuensi terbanyak (mode), simpangan baku (standard deviation).
Disamping itu ditentukan pula besarnya
nilai presentase frekuensi.
Rumus yang digunakan untuk
mempersentasekan besarnya nilai frekuensi adalah sebagai berikut :
Keterangan :
f = persentase distribusi frekuensi
f(abs) = frekuensi absolut
N = jumlah total responden
Selanjutnya menentukan kecenderungan
variabel. Pengkategorian dilaksanakan berdasarkan Mean Ideal dan Standart
Deviation Ideal yang diperoleh:
Pada angket kreativitas yang berjumlah 20 butir dengan skala (1-5),
skor terendah adalah 20 jika semua butir nilainya 1 dan skor tertinggi adalah
100 jika semua butir bernilai 5, sehingga rentang skor teoritiknya adalah
20-100. Pada angket gaya belajar yang berjumlah 24 butir dengan skala (1-5),
skor terendah adalah 24 jika semua butir nilainya 1 dan skor tertinggi adalah
120 jika semua butir bernilai 5, sehingga rentang skor teoritiknya adalah
24-120. Untuk nilai matematika siswa rentang skor teoritiknya adalah 42-95, ini
diambil nilai tertinggi dan terendah yang didapatkan dari tes hasil belajar.
Tingkat kecenderungan masing-masing
variabel dikategorikan menjadi empat macam dengan ketentuan sebagai berikut:
x ≥
(Mi + 1. SDi) : tinggi
(Mi + 1. SDi) > x ≥ Mi : cukup
Mi > x
≥ (Mi – 1. SDi) : kurang
x < (Mi – 1. SDi) : rendah[56]
2. Statistik Inferensial
Statistik
inferensial yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
membuat kesimpulan yang berlaku umum. Ciri analisis data inferensial adalah
digunakannya rumus statistik tertentu (misalnya
uji t, uji F, dan lain sebagainya). Dengan demikian statistik inferensial
berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi populasi.[57]
a. Pengujian Persyaratan analisis
1) Uji Normalitas
Uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel
dependent, variabel independent, atau keduanya mempunyai distribusi normal,
ataukah tidak. Model regresi dikatakan baik apabila distribusinya normal atau
mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dan dengan menggunakan software SPSS
16. Sebelumnya diajukan hipotesis:
H0:
variabel kreativitas, gaya belajar dan hasil belajar tidak berdistribusi normal
H1:
variabel kreativitas, gaya belajar dan hasil belajar berdistribusi normal
Kriteria uji , apabila
nilai r (probability value/critical value)
lebih kecil atau sama dengan (=) dari tingkat α yang ditentukan maka H0
ditolak dan terima H1 , dalam hal lainnya H0 diterima dan
tolak H1.[58]
2) Uji Homogenitas
Untuk keperluan uji homogenitas
variansi data variabel kelompok Y (Hasil Belajar Matematika) atas X1
(Kreativitas) dan X2 (Gaya Belajar) dilakukan uji Bartlett dengan bantuan SPSS 16 yang berfungsi menguji
homogenitas variansi antar kelompok.[59]
Kriteria
uji , apabila nilai r (probability
value/critical value) lebih kecil atau sama dengan (=) dari tingkat α yang
ditentukan maka skor-skor pada variabel X dan skor-skor pada variabel Y
menyebar secara homogen. Dalam hal lain skor-skor menyebar secara berbeda.[60]
3) Uji Linieritas
Pemeriksaan
kelinieran regresi dilakukan melalui pengujian hipotesis nol,bahwa regresi
linier melawan hipotesis tandingan bahwa regresi tidak linier.Pengujian
linieritas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.
Kriteria
uji , apabila nilai r (probability
value/critical value) lebih kecil atau sama dengan (=) dari tingkat α yang
ditentukan maka distribusi berpola linier dalam hal lain distribusi tidak
berpola linier.[61]
b. Pengujian Hipotesis
1) Pengaruh kreatifitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika
siswa secara bersama-sama
a. Persamaan regresi
Adapun rumus regresi
linier berganda adalah:
Y =
Variabel terikat yaitu hasil belajar
a =
Konstanta
b1
=
Koefisien regresi variabel bebas pertama
b2
=
Koefisien regresi variabel bebas kedua
X1 =
Variabel bebas pertama yaitu kreatifitas
X2 =
Variabel bebas pertama yaitu gaya belajar
Pada persamaan regresi
ganda nilai a dan koefisien regresi b1 dan b2 dapat dihitung dengan rumus:
Dimana:
b.
Koefisien korelasi
Digunakan untuk melihat
hubungan antara dua atau lebih variabel
bebas X secara bersama-sama dengan satu variabel terikat Y. Koefisien korelasi ganda
dirumuskan sebagai berikut:
Ket:
kuadrat koefisien korelasi sederhana dari
variabel bebas ke 1 dengan variabel
terikat y
kuadrat koefisien
korelasi sederhana dari variabel bebas ke 2 dengan variabel terikat y
koefisien korelasi sederhana dari variabel
bebas ke 1 dengan variabel bebas ke 2 [63]
Untuk keperluan
perhitungan koefisien korelasi r berdasarkan sekumpulan data (Xi,Yi)
berukuran n maka dapat digunakan rumus:
Keterangan:
r = koefisien korelasi
n = ukuran data
Xi = Variabel bebas ke i
Yi = Variabel terikat ke i[64]
Pada koefisien korelasi product moment, tanda
(+) menunjukkan korelasi searah dan tanda (-) menunjukkan adanya korelasi
berlawanan arah.Angka korelasi ini besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai ±1;
artinya angka korelasi ini paling tinggi adalah ±1 dan paling rendah adalah 0.[65]
Interpretasi koefisien adalah sebagai berikut:
0 : tidak
berkorelasi
0,01 – 0,20 :
sangat rendah
0,21 – 0,40 :
rendah
0,41 – 0, 60
: agak rendah
0,61 – 0,80
: cukup
0,81 – 0,99
: tinggi
1
: sangat tinggi[66]
c. Koefisien Determinasi berganda
Jika ingin mengetahui besarnya
sumbangan atau peranan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel
terikat dapat dihitung dengan rumus koefisien determinasi berganda.
Dari koefisien korelasi berganda,
koefisien determinasi berganda dapat dihitung yaitu:
KD = r2 x
100%[67]
d. Pengujian
hipotesis regresi berganda
Digunakan
uji F, uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama atau
simultan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Terlebih dahulu
diajukan hipotesis:
H0
artinya
tidak ada pengaruh kreativitas
dan gaya belajar secara bersama-sama
terhadap hasil belajar matematika siswa
H1
artinya
ada pengaruh kreativitas dan gaya belajar secara bersama-sama terhadap hasil
belajar matematika siswa
adapun
rumus yang digunakan untuk uji F adalah sebagai berikut :
Keterangan:
= Jumlah kuadrat regresi
= Jumlah kuadrat residu
n = banyak data
k = banyak variabel bebas
Untuk
menentukan kriteria pengujian, maka membandingkan nilai Fhitung
dengan nilai Ftabel. Apabila Fhitung £ Ftabel,
maka H0 diterima dan H1 ditolak. Apabila Fhitung
> Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Taraf yang digunakan biasanya 5% (0,05) atau 1% (0,01).[68]
2) Pengaruh kreatifitas dan gaya
belajar terhadap hasil belajar matematika siswa secara parsial
a. Persamaan regresi
Menggunakan
regresi linier sederhana, regresi linier sederhana adalah regresi linier yang
mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang
bersifat linier yang melibatkan satu variabel bebas untuk digunakan sebagai
prediksi besarnya nilai variabel terikat.
Adapun rumus rumus
regresi linier sederhana adalah:
,
dan
Keterangan:
Y = Variabel terikat yaitu hasil belajar
a = Konstanta
b1
= Koefisien regresi variabel
bebas pertama
b2
= Koefisien regresi variabel
bebas kedua
X1 = Variabel bebas pertama yaitu kreatifitas
X2 = Variabel bebas pertama yaitu gaya belajar
Koefisien
regresi a dan b dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
n = ukuran data
Xi =
Variabel bebas ke i
b. Uji hipotesis regresi sederhana
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial, maka dilakukan uji F. Terlebih dahulu diajukan
hipotesis.
Hipotesis yang diajukan yaitu:
H0 :
,
artinya:
1.
tidak
ada pengaruh kreatifitas terhadap hasil belajar matematika siswa
2.
tidak
ada pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa
H1 :
artinya:
1.
ada
pengaruh kreatifitas terhadap hasil belajar matematika siswa
2.
ada
pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa
Untuk menentukan nilai uji F
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Menghitung jumlah
kuadrat regresi a
dengan rumus:
2.
Menghitung jumlah
kuadrat regresi
dengan rumus:
3.
Menghitung jumlah
kuadrat residu
dengan rumus:
4.
Menghitung
rata-rata jumlah kuadrat regresi a
dengan
rumus:
5.
Menghitung
rata-rata jumlah kuadrat regresi
dengan rumus:
6.
Menghitung
rata-rata jumlah kuadrat residu
dengan
rumus:
7.
Menghitung F
dengan rumus:
8.
Menentukan nilai
kritis
atau nilai tabel F pada derajat bebas
dan
9.
Membandingkan
nilai uji F dengan nilai tabel F, dengan kriteria uji, apabila nilai hitung F
lebih besar atau sama dengan
nilai tabel F maka H0 ditolak.[70]
c. Koefisien Korelasi sederhana
Untuk keperluan
perhitungan koefisien korelasi r berdasarkan sekumpulan data (Xi,Yi)
berukuran n maka dapat digunakan rumus:
Keterangan:
r = koefisien korelasi
n = ukuran data
Xi
= Variabel bebas ke i
Yi
= Variabel terikat ke i[71]
Pada koefisien korelasi product
moment, tanda (+) menunjukkan korelasi searah dan tanda (-) menunjukkan
adanya korelasi berlawanan arah.Angka korelasi ini besarnya berkisar antara 0
(nol) sampai ±1; artinya angka korelasi ini paling tinggi adalah ±1 dan paling
rendah adalah 0.[72]
Interpretasi koefisien
adalah sebagai berikut:
0 : tidak berkorelasi
0,01 – 0,20 : sangat rendah
0,21 – 0,40
: rendah
0,41 – 0, 60
: agak rendah
0,61 – 0,80
: cukup
0,81 – 0,99
: tinggi
1
: sangat tinggi[73]
d. Koefisien determinasi sederhana
Dari nilai koefisien
korelasi dapat dihitung koefisien
determinasi yaitu dengan rumus :
KD = r2 x
100%[74]
e. Korelasi parsial
Korelasi parsial adalah suatu nilai
yang memberikan kuatnya hubungan dua atau lebih variabel X dengan variabel Y,
yang salah satu bagian variabel bebasnya dianggap konstan atau tetap. Untuk
mengontrol pengaruh variabel kreativitas (X1) ataupun variabel gaya belajar (X2),
dilakukan pengujian korelasi parsial. Jika pengaruh variabel kreativitas (X1)
ataupun pengaruh variabel gaya belajar (X2) dikendalikan (dikontrol)
maka diperoleh koefisien korelasi parsial dengan harga tertentu.
Adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung koefisien korelasi parsial adalah:
ü Hubungan antara variabel kreatifitas
dengan hasil belajar , apabila variabel gaya belajar dianggap tetap atau
konstan :
ü Hubungan antara variabel gaya belajar
dengan hasil belajar , apabila variabel kreatifitas dianggap tetap atau konstan
:
Ket:
koefisien korelasi parsial dengan mengontrol
variabel bebas gaya belajar (X2)
koefisien korelasi parsial dengan mengontrol
variabel bebas kreatifitas (X1)
koefisien korelasi sederhana dari variabel
bebas ke 1 dengan variabel terikat y
koefisien korelasi sederhana dari variabel
bebas ke 2 dengan variabel terikat y
koefisien korelasi sederhana dari variabel
bebas ke 1 dengan variabel bebas ke 2[75]
DAFTAR PUSTAKA
Abdussalam Al-khalili, Amal, Pengembangan
kreatifitas anak, (Hj Umma Farida, terjemahan). Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar. 2005
Ali, Mohammad, Psikologi remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
2005
Alma, Buchori,
Kewirausahaan, (Bandung: CV Alfabeta,2007), hal.70.
Arifin, Zainal. Evaluasi
Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. 2009
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara,1992
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,1999
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta:
Jakarta. 2000
Arikunto,
Suharsimi .Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta,2006
Azwar, Syaifuddin. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset. 2003)
Ali Muhidin ,Sambas,dkk. Analisis Korelasi , Regresi, Dan Jalur dalam Penelitian, Bandung:
Pustaka Setia.2009
Chandra, Julius. Kreatifitas, Bagaimana menanam, Membangun
dan Mengembangkannya Yogyakarta:Kanisius.1994
Csikszentmihalyi, Mihally.Creativity, Flow and The Psychology of
Discovery and Invention, New Yotk: harper Collins Publisher. 1996. ( dalam
skripsi Dewi A. Sagitasari)
Departemen Agama RI. AL-Qur’an
Dan Terjemahan. Bandung: CV Penerbit J-ART.2005
DePotter, Bobbi , Mike Hernacki, Quantum Learning. Bandung: Kaifa. 1999
E. Walpole, Ronal. Pengantar
Statistika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.1993
Gunawan, Adi W. Genius
Learning Strategy. Jakarta:PT Gramedia Pustak Utama.2003
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 2 (Meitasari
Tjandrasa. Terjemahan).Jakarta:Erlangga. 2002
Gardner, Howard. Creating minds, An Anatomy of Creativity. New
York: Basic Books.1993
Mardapi, Djemari. Teknik Penyusunan Instrunen Tes
dan Non Tes. Yogyakarta: Mitra Cendeki,.2008
Made
,I, Putrawan. Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-penelitian Sosial.Jakarta:
Rineka Cipta. 1990
Munandar,
Utami. Pengembangan Kreatifitas Anak
Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. 1999
Munandar,
Utami. Mengembangkan bakat dan kreativitas Anak Sekolah.Jakarta:
Gramedia.1999
Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Cetakan ke-11 Jakarta: Bumi Aksara. 2008
Nasution. Didaktik Azas-Azas Mengajar. Jakarta:
Grasindo.1982
Purwanto M, Ngalim. Psikologi Pendidikan.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2003
R. Semiawan, Conny. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997
Sagitasari.A Dewi. Hubungan Kreativitas
dan gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SMP Godean.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. (2010)
Sarwono, Jonathan .Analisis
Data Penelitian Menggunakan SPSS.Yogyakarta: CV Andi Offset.2006
Shota, Farhan. Gaya Belajar Insan Pembelajar. (http://jendela-dunia.co.id.
Diakses 19 Maret 2012
Slameto.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:
PT Rineka Cipta 2003
Sudjana, Metode
Statistika,( Bandung: Tarsito, 2003),h.466
Sudjana, Nana. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Rosda Karya. 1989
Sudjana, Nana. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya. 2004
Sudijono, Anas
.Pengantar Statistik pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008
Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif. Bandung: CV Alfa
Beta. 2009
Syaodih Sukmadinata, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung:
PT 5Remaja Rosdakarya.2003
Supriyadi, Dedi. Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek.Bandung:
CV Alfabeta.1997
Tim Penulis Departemen
Pendidikan Nasional,Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika
Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Pusat Kurikulum
Balitbang Depdiknas.2003
Usman, Husaini. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi
Aksara. 2009
[1]
[1]
Departemen Agama RI, AL-Qur’an Dan
Terjemahan, ( Bandung: CV Penerbit J-ART, 2005), h.285
[2] Farhan shota, Gaya Belajar Insan Pembelajar, (http://jendela-dunia.co.id.
Diakses 19 Maret 2012)
[3]
Tim Penulis Departemen Pendidikan
Nasional,Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah,
(Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas,2003), hal .6
[4]Utami Munandar, Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1999), hal.7
[5]
Bobbi DePotter dan Mike Hernacki, Quantum
Learning, ( Bandung: Kaifa, 1999), h.110
[6] Ngalim Purwanto M, Psikologi Pendidikan (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 513 - 514.
[7]
Julius Chandra, Kreatifitas, Bagaimana
menanam, Membangun dan Mengembangkannya (Yogyakarta:Kanisius,1994), hal.15-16
[8] Hurlock, Elizabeth B, (2002). Perkembangan Anak
Jilid 2 (Meitasari Tjandrasa. Terjemahan)
(Jakarta:Erlangga, 2002),
hal. 4.( dalam skripsiDewi A.Sagitasari, pengaruh kreatifitas dan gaya belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa SMP, hal. 10)
[9]
AmalAbdussalam Al-khalili, Pengembangan
kreatifitas anak, (Hj Umma Farida, terjemahan), (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2005), h.32
[10]
AmalAbdussalam Al-khalili, … , h.33-34
[11]
AmalAbdussalam Al-khalili, … , h.35-36
[12] Conny R. Semiawan, Perspektif Pendidikan Anak
Berbakat, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), hal. 29-31
[13] DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, … ,h.301
[14] Dedi Supriyadi, Kreativitas, Kebudayaan, dan
Perkembangan Iptek, (Bandung: CV Alfabeta,1997), hal. 44.
[15]
Mohammad Ali, Psikologi remaja, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2005), hal. 40
[16] Csikszentmihalyi, Mihally, Creativity, Flow and The
Psychology of Discovery and Invention, (New Yotk: harper Collins Publisher,
1996), hal. 74 ( dalam skripsi Dewi A. Sagitasari, h. 20)
[18] Utami Munandar, Mengembangkan bakat dan kreativitas
Anak Sekolah, (Jakarta: Gramedia,1999), hal. 51.
[19] Csikszentmihalyi, Mihally, .. , hal. 55( dalam skripsi Dewi A Sagitasari, hal.23)
[20] Gardner, Howard, Creating minds, An Anatomy of
Creativity, (New York: Basic Books, 1993), hal. 19-25(skripsi Dewi A.
Sagitasari hal.23)
[21] Dedi Supriyadi, … , h. 24-25
[22] Utami Munandar,
Mengembangkan bakat dan kreativitas Anak Sekolah , (Jakarta:
Gramedia,1999), h. 99.
[23]Utami Munandar, Pengembangan
Kreatifitas Anak Berbakat, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1999), hal.59
[24]
DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, Quantum
Learning, … ,h.111
[25] Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar
Mengajar, Cetakan ke-11, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 93.
[26]
Bobbi De Potter dan Mike Hernacki, … , h.113
[27]
DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, … , h.120
[28]
Adi W Gunawan, Genius Learning Strategy,
( Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h.149
[29]
Ngalim Purwanto M, Psikologi Pendidikan , (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal.84
[30] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses
Pendidikan, (Bandung: PT 5Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 155.
[31] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hal. 2
[32]
Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar,(
Jakarta: Grasindo,1982). hal.25
[33]
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,1992), Hal.133
[34]
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar, ( Bandung: Rosda Karya, 2004), Hal.22
[35]
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar,(Bandung: Rosda Karya, 1989), Hal.111
[36] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian,
(Rineka Cipta: Jakarta, 2000), hal.326.
[37]
Sudjana, Metode Statistika,( Bandung:
Tarsito, 2003),h.466
[38]
Sudjana, … , h.261
[40]
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian,(
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2004), hal. 37.
[42] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian.
(Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hal.
134.
[43] Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2006), h.158
[44]
Sambas Ali Muhidin,dkk, Analisis Korelasi
, Regresi, Dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia,2009),h.31
[45]
Sambas Ali Muhidin,dkk, … , h.37
[46]Suharsimi
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.72
[47]
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.75
[48]
Suaharsimi Arikunto, … , h.75
[49]
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.100-101
[50]
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) , h.207
[51]
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) , h.208
[52]
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) , h.210
[53]
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.211-214
[54]
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) , h.218
[55]
Anas Sudijono, Pengantar Statistik
Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 4
[56] Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrunen Tes dan
Non Tes, (Yogyakarta: Mitra Cendeki, 2008),h.123
[58]
Sambas Ali Muhidin, dkk, … , h.83
[59]
Sudjana, … , h. 261
[60]
Sambas Ali Muhidin, dkk, … , h.89
[61]
Sambas Ali Muhidin, dkk, … , h.98
[62]
Sambas Ali Muhidin, dkk, … , h.203
[63]
Sudjana, … , h.385
[64]
Sudjana, … , h.369
[65]
Anas Sudijono, … , h.186
[66]
Husaini Usman, Pengantar Statistika,
( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.201
[67]
Jonatan Sarwono, Analisis Data Penelitian
Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: CV
Andi Ofset,2006), h.89
[68]
Sudjana, … , h.355
[69]
Sudjana, … , h.315
[70]
Sambas Ali Muhidin, dkk, … , h.195
[71]
Sudjana, … , h.369
[72]
Anas Sudijono, … , h.186
[73]
Husaini Usman, … , h.201
[74]
Jonatan Sarwono, … , h.89
[75]
Sambas Ali Muhidin, dkk, … , h.132
Boleh share angket kreativitas dan gaya belajarnya gan??? mohon bantuannya...
ReplyDeleteboleh minta angketnya
ReplyDelete